Kamis, 29 Oktober 2015

Susunan Pengurus


Penasehat       ; S. Lumbanraja
                        Ny. Dr. M. Lumbanraja br. Sagala (Op. Bonita)

Ketua              : K. Lumbanraja, SPd
Wakil Ketua    : St. Ir. R. Lumbanraja
Sekretaris        ; JM. Lumbanraja
Bendahara       : J. Samosir

Komisaris I      : S. Mandalahi
Komisaris II     : B. Lumbanraja
Komisaris III    : M. Lumbanraja 
Komisaris IV    : H. Lumbanraja. SS (Am, Grace)



Padan Nainggolan dengan Siregar



PARPADANAN SIREGAR DENGAN NAINGGOLAN
Dahulu kala istri Nainggolan dan istri Siregar sama sama hamil tua dan sama-sama melahirkanlah mereka. Waktu tiba persalinan bagi kedua sang istri tersebut, sang suami mereka Nainggolan dan Siregar sedang pergi mencari ikan di tengah danau toba, mereka berdua belum tahu tentang kelahiran kedua anak mereka itu. Di siang hari yang cerah, lahirlah anak dari marga nainggolan seorang laki-laki, kemudian lahir jugalah seorang anak dari istri siregar seorang putri yang cantik.

Berhubung karena Siregar ini setiap kali melahirkan, selalu lahir anak perempuan, singkat cerita, mereka kedua istri tersebut sepakat untuk saling tukar kedua anak yg lahir itu, begitu mereka menukar anak, jadi anak laki-laki dari Nainggolan diserahkan ke istri Siregar dan anak perempuan yang dilahirkan istri Siregar diberikan ke istri Nainggolan. Tetapi begitu mereka tukar pasangan anak itu, tiba-tiba datanglah sebuah guntur(ronggur) yang kuat, lalu para sang suami yang sedang mencari ikan terkejut dan bingung, kenapa ada guntur di siang bolong begini?, mereka kemudian langsung pulang ke darat dan sangat gembira mendengar kabar anak mereka yang telah lahir.

Mereka begitu gembira karena anak mereka telah lahir dalam keadaan sehat, tapi sang bapak dari Nainggolan heran, tidak mungkin sekali ini anak saya lahir seorang perempuan dan parasnya berbeda. Melihat wajah sang suami (Nainggolan) yang kelihatan curiga, istrinya menjadi ketakutan, tiba-tiba datanglah guntur mengeluarkan suara yang dahsyat, suara guntur tsb membuat perasaan Nainggolan menjadi semakin curiga. Akhirnya istrinya tersungkur dan menyembah suaminya, dan ia langsung mengakui bahwa anak yang diberikan pada suaminya itu bukan anaknya, ia mengakui bahwa telah menukarnya dengan putri dari istri Siregar.

Tidak lama kemudian Nainggolan langsung menyusul ke rumah Siregar dan membawa bayi yang baru dilahirkan itu ke rumah Siregar, melihat hal itu istri Siregar jadi ketakutan dan sebelum dijelaskan, dia sudah tersungkur juga di depan suaminya seperti istri Nainggolan kemudian ia mengakui didepan suaminya.

Mendengar itu Siregar lemas, ternyata anak laki-laki yang ada padanya bukan anaknya. Begitu Nainggolan melihat Siregar tidak berdaya, Nainggolan langsung mengucapkan sumpah(padan) kepada Siregar: ” mulai sadarion, ho siregar, anggikku ma. jala anakmu tung naso jadi mangoli tu boru Nainggolan ala mariboto”. Siregar langsung tersungkur dan ia mengiyakan perkataan Nainggolan tersebut. Jadi dari cerita itulah asal-muasal parpadanan antara Nainggolan & Siregar, sehingga semua Siregar manjou abang tu sude Nainggolan.





 


Selasa, 27 Oktober 2015

Legenda Op. Datu Parulas Parultop



LEGENDA
DATU PARULAS PARULTOP
Apr 6, 2014
Pernahkah anda mendengar lokasi keramat Pardagangan ? Didekat kota Pardagangan ada suatu lokasi dengan hutannya yang lebat dan disana ditemukan banyak orang hutan atau Kera yang dengan setia menanti anda membawa makanan2 kesenangannya seperti kacang, roti, pisang atau macam-macam makanan lainnya. Tetapi jangan heran,walau anda bawa makanan kesukaan mereka ada kalanya Kera itu sama sekali tidak mau memakannya dibiarkannya saja begitu. Kalau demikian responnya maka menurut kepercayaan orang awam bahwa rezeki anda masih menjauh. Saya pernah mendapat cerita dari almarhum Udin Purba Siboro anggota DPRD Simalungun pada tahun 1972 katanya ada seseorang (tidak perlu saya sebutkan namanya) yang pada suatu ketika mengantarkan sajian makanan kesana. Gerombolan kera itu dengan lahap menyantapnya. Setetah kejadin itu dia menjadi kaya raya dan berikutnya dia menjadi penyandang marga SIBORO. Mengapa menjadi marga Siboro? Bahkan saya yang ketika itu menjadi aktifis mahasiswa Golkar disarankannya minta semacam restu kesana sebelum bermain di politik yang sama sekali tidak jadi saya penuhi. Konon di lokasi itu lah moyang beberapa marga antara lain marga Siboro yaitu DATU PARULAS PARULTOP( DPP) di kuburkan (dibawah pohon-pohon rindang itu lalu menjadi lokasi kramat yang disebut NAMARTUA-TUA PARDAGANGAN). Lalu siapa rupanya DPP itu ? Siapa saja orang keturunannya? Kalau begitu dengarlah cerita berikut ini. Boleh parcaya boleh juga tidak. Cerita ini saya dengar dari beberapa orang tua kira2 50 tahun yang lalu. Saya susun dalam bahasa Indonesia supaya mudah dipahami pembaca karena keturunan DPP sendiri saat ini terdiri dari berbagai sub etnis Batak. Di Toba ada marga Purba atau Siboro dan Lumbanraja, di Simalungun ada marga Purba Siboro, di Karo ada marga Tarigan Sibero, di Pakpak ada marga Cibro dengan bahasa daerah nya masin-masing yang bervariasi.
Simaklah cerita ini.
Pada zaman dahulu kala atau sekitar 450 tahun yang lalu ada seorang dukun terkenal di wilayah Humbang Hasundutan sekarang , namanya DATU PARULAS PARULTOP( DPP). Dia anak laki-laki dari SOMALATE atau Cucunya Guru SOTANGGUAN anak si nomor dua dari si PURBA SIGULANGBATU. Purba Sigulangbatu adalah anak ketiga dari Toga PURBA (Purba , Manalu , Debataraja dan Rambe) , jadi si Purba itu adalah anak sulung dari Toga Simamora.
Sudah menjadi kebiasaan pada zaman dahulu kala seorang dukun baru diakui kehebatannya kalau dia mampu menjelajahi dan menaklukkan kampung-kampung lain untuk tanding kedukunan seraya menunjukkan kemampuannya menaklukkan hutan yang banyak dihuni binatang buas. Jadi tidak jago kandang. Apalagi konon si Datu Parulas mendapat kekuatan juga dari saudara kembarnya sebuah Ultop atau semacam senjata menembak. Dengan itu namanya menjadi DPP. Maka DPP pun pergilah dari kampungnya menuju wilayah Dairi. Dengan menerobos belantara hutan. Tentu tidak mustahil bertemu dengan binatang2 buas seperti Harimau,Ular yang berkuasa di hutan perawan Tele atau kawasan Dolok Ulu Darat. Namun bagi DPP tidak menjadi masalah karena bekal ilmu yang dimilikinya dan senjata ultop itu dia yakini cukup ampuh menghadapinya. Tahan ditikam tahan dipukul dan mampu menaklukkan binatang buas sudah menjadi kelebihannya. Setelah berminggu-minggu lamanya di perjalanan ,DPP tibalah di suatu Desa Lehu/ Tuntungbatu Dairi. Disana DPP kawin dengan wanita lokal dan melahirkan marga Siboro yang selanjutnya dikenal dengan Siboro Tuntungbatu. Konon Siboro dari Tuntungbatu itulah yang merantau ke Aceh Selatan selanjutnya merobah ejaan marga menjadi Cibro (Intonasi bahasa Pakpak atau Aceh ?). Disana dia berkenelan dengan seorang jagoan namanya si Girsang . Maklumlah sesama jagoan tentu saling menyegani lalu marpadan (Berkomitmen) menjadi bersaudara. Setelah anaknya bisa mandiri lalu keluarganya dititip kan disana, dia sambil mengajak si Girsang meneruskan penjelajahannya ke daerah Simalungun. Sesampai di Simalungun dia kawin dengan wanita sana sehingga melahirkan salah satu anak laki2nya yaitu Purba Siboro yang selanjutnya bermukim di Haranggaol. Keturunannya menjadi Tuan atau salah satu Raja/ sohe diantara saudara2 nya Purba lain antara lain Purba Dasuha, Purba Tambak, Tondang dan lain2. Keturunannya menjadi Tuan Siboro dan bermukim disana disuatu desa yakni desa SIBORO GAUNG-GAUNG di Haranggaol. Selanjutnya dia berencana pergi lagi menuju suatu desa yang menurut cerita yang dia dengar bahwa disanalah desa leluhurnya si Raja Batak yaitu di kawasan SIANJUR MULA-MULA di negeri SAGALA. Caranya kesana harus melalui Danau Toba persisnya Tao Silalahi( ketika itu nama itu belum ada) . DPP harus melewati Tao Silalahi dengan ombaknya yang terkenal besar yang harus dilalui dengan perahu kayu/papan yang digerakkan dengan pengayuh kayu namanya HOLE( Mesin belum dikenal pada masa itu). Karena bakal bahaya nya perjalanan, lalu dia berpesan kepada abangnya si Purba Dasuha.
“ Suha “! Katanya memanggil abangnya itu. Saya mau ke kampung moyang kita di kaki Gunung Pusuk Buhit nun jauh disana, bolehkah kau membantu saya” ?
Suha menjawab “Boleh tetapi bagaimana caranya ?
Begini kata DPP “Kalau daun yang tumbuh di pekarangan kita ini layu, datanglah kau ke Desa sana yang dikaki Gunung itu lalu bawalah ramuan ini (Tambar) serta dedaunan ini lalu oleskan lah ke badanku, seraya cambukkan ke badanku.
Lalu katakanlah “Tambar simarubungubung tambar simarabangabang, siparata naung busuk sipangolu naung mate”.
“ Lalu siramkan/ pispihon( Racikkan) ke badan ku “kata DPP mengajari abangnya.
Demikianlan seterusnya DPP pun bertolak dengan sampan itu menuju tujuan dimaksud. Selang beberapa hari sampailah si DPP di negeri SAGALA persisnya di pantai Tulas sekarang. Disitu ada muara sungai Tulas .Dia telusuri jalan sepanjang sungai sampai dia melihat ada perkampungan Negeri SAGALA disana. Tetapi DPP heran sepertinya tidak ada tanda2 kehidupan di negeri leluhur si Raja Batak itu. Yang dia tahu marga penghuninya adalah salah satu anak Guru Tatea Bulan , namanya SAGALA RAJA. Dia mendekat ke rumah bolon yang ada di desa itu. Sontak penghuni rumah itu bergembira mendengar ada orang berani di luar rumah.
“Horas Tulang kata DPP”? Kata DPP menyapa.
“ Siapa namamu amang, aha margamu,sian dia hutam “ kata keluarga Sagala Raja yang dirundung ketakutan itu.
“Saya DATU PARULAS PARULTOP anak ni Si Purba Sigulangbatu. Kenapa kalian tidak berani
keluar rumah Tulang “kata DPP.
“Sudah satu minggu kami tidak berani keluar rumah amang karena ada babi hutan liar dan
ganas. Suka mengejarngejar kami. Sahutnya.
“ Ahhhhhhhh…… itu gampang Tulang. Bisa kulawan itu. Tapi begini Tulang, kalau bisa
kumatikan binatang itu dengan ultop ku ini, apa balas jasaku Tulang “ katanya dengan
sopan.
Si Sagala Raja dengan disaksikan para keluarga di kampung itu menjawab “ Ada tujuh anakku perempuan, pilih lah satu menjadi istrimu.
“ Baiklah Tulang,tetapi dari mana kami makan, apa pencaharian kami Tulang “katanya.
“Ambil tanah negeri ini sejauh jangkauan tembakan peluru ultopmu itu” katanya.
“ Mauliate Tulang “katanya.
Sebelum ke pertarungan itu lalu DPP pun memberi amanah kepada Tulangnya;
“ Begini Tulang, kalau saya mati atau luka biarkanlah,jangan dijamah atau dikuburkan
sampai menunggu abangku datang” kata DPP.
Setelah sepakat maka keluarga Sagala Raja sudah dapat tidur dengan nyenak karena DPP sudah berlaku seperti SATPAM di halaman kampung itu. Suatu malam yang sepi Babi Hutan ganas yang di nanti2 itu pun muncul dari kejauhan. Matanya dengan mata DPP saling beradu, sama2 tajam. Si Babi hutan lalu menyerbu DPP. DPP menembak nya tapi tidak mempan lalu terjadi pergumulan di malam yang gelap itu. DPP dengan perkasa berhasil mengekang rahang babi itu tetapi si DPP pun terhempas berkali-kali. Terjadi pertarungan berdarah di tempat yang gelap gulita. Keluarga Sagala Rajapun terbangun seraya dengan cemas mengintip pergumulan seru itu di malam sepi itu. Lalu hening, kayaknya keduanya tidak bernyawa lagi. Mereka membawa suluh dan lampu teplok melihat kejadian sebenarnya. Si DPP sudah tergeletak tetapi babi hutan itu juga sudah mati karena rahangnya telah sobek. Lalu seperti janji semula, bangkai si DPP mereka biarkan lalu Babinya mereka kuburkan.
Di Haranggaol, di kampung abangnya si Dasuha pada malam kejadian para anjing pada menggonggong . Auanggggggg …….auanggggggg….! gonggongnya sampai mengganggu tidur si Dasuha. Dasuha keluar rumah pada malam yang gelap gulita itu. Dia lihat daun tanaman/ Bunga2 di pekarangannya sudah layu. Dia teringat akan pesan adeknya si DPP.” Wah……. si DPP sudah celaka” pikirnya. Pagi harinya dia bergegas menuju solunya lalu bergerak menuju Kampung di kaki Gunung Pusuk Buhit. Dia mendarat di Tulas yang ketika itu tanpa penghuni. Dia telusuri binanga (Sungai Tulas) maka tibalah dia di Desa Huta Bagas Negeri Sagala. Diperkenalkan dirinya si Dasuha abanganda si DPP. Tidak berlama-lama ngobrol dengan Raja Huta itu lantas tambar yang dia bawa dioleskan seraya mengucapkan mantera “ Tambar simarubungubung tambar simarabangabang siparata naung busuk sipangolu naung mate, mangolu…..mangolu” katanya. Si DPP lalu siuman dan menjadi sehat walafiat. Si DPP dan si Dasuha lalu dipestakan di kampung itu seraya akan memenuhi janjinya atas lahan dan anak perempuannya yang akan diperistri DPP. Sambil acara ogung sabangunan lantas si DPP lalu disuruh memilih satu dari antara tujuh putri nan jelita itu.Menurut cerita itu si DPP bingung memilih dari aspek kecantikan. Lalu DPP menyuruh ketujuh gadis itu melewati suatu sungai di desa itu. Si putri sulung duluan menyeberangi sungai itu. Si putri sulung sampai dengan putri ke enam pada setiap menyeberangi sungai selalu mengangkat rok nya sampai diatas lutut agar roknya tidak sampai basah. Tetapi si putri bungsu pada giliran berikutnya( terakhir) sama sekali tidak mengangkat roknya.” Ketimbang pahaku kelihatan lebih baik ujung rokku basah” pikirnya. Si DPP pun sontak bergembira. Selesai si Bungsu menyeberangi DPP memperhatikan dengan seksama. Selain lebih sopan, yang paling cantik lagi” pikir Si DPP. Tanpa pikir panjang si DPP lantas memilih si Bungsu menjadi Istrinya. Kemudian berlanjut ke janji lain yakni lahan yang akan menjadi miliknya. Si DPP disuru menembakkan ultopnya. Setelah si DPP menembakkannya lalu mereka carilah sampai dimana peluru ultopnya itu. Ternyata cukup jauh maka hampir seperempat dari luas lahan negeri Sagala menjadi milik par boruonna si DPP itu. Sedangkan si Dasuha mengingat jasanya , dia diberi atau mendapat status hak wulayat di desa Siboro (DPP) dan dinobatkan sebagai anak sulung di kalangan turunan DPP.Menurut silsilahnya dari br Sagala, DPP mendapat tiga anak laki2 dan beberapa perempuan. Anak laki2 adalah (1) Siboro Sibangundongoron, (2) Siboro Ompu Ni Arga dohot (3) Siboro Pangaribuan. Alai dietong mai jadi opat ala si Dasuha dinobatkan sebagai hahani uhum. Si Dasuha menjadi disebut Siboro Suha. Di Negeri Sagala saat ini ada empat bius, tiga bius dari marga Sagala, satu bius adalah marga Siboro. Wakilnya Siboro di bius itu dihunjuk SIBORO SUHA . Walau SUHA adalah hahani uhumtetapi dia disepakati sebagai mengwakili bius Siboro. Anak perempuan dari DPP konon ada yang menjadi istri dari keturunan berikutnya hula2nya Sagala Raja sehingga saat ini Sagala dan Siboro saling marhula-hula saling marboru diantara mereka. Perlu diketahui bahwa dikemudian hari turunan anak DPP itu menyebar di Samosir, Sibangundongoron banyak bermukim di Sihorbohorbo Urat, di Ronggur ni huta dan di Negeri Gultom ,Galungan dsb sementara Op Niarga menyebar ke Bonandolok, Rianiate ,Sidikalang dsb. Turunan Siboro Pangaribuan sangat sedikit dan tinggal di Desa Siboro.
Baiklah kita lanjutkan cerita si DPP. Setelah anaknya besar dan berumah tangga di desa Siboro Negeri Sagala, selanjutnya si DPP mengembara ke Pulau Samosir.Dia kepingin menjumpai Tulangnya keturunan si Raja Lontung (Ingat bahwa simamora adalah boru dari si Raja Lontung si sia marina pasia boruna Sihombing Simamora). Hatinya berlabuh di huta Nainggolan ( Ujung selatan) Pulau Samosir. Konon disana dia terlibat cinta gelap dengan salah seorang putri Raja Nainggolan baru tulangnya ( Maaf bahwa tentang ini ada cerita versi lain dari Lumbanraja, tetapi apa salahnya saya ceritakan cerita versi kami di desa Siboro yang diceritakan turun temurun). Entah kenapa Raja Nainggolan tidak berkenan putrinya itu dikawini si DPP. Tetapi apa lacur, mereka sudah terlanjur dan si putripun sudah mengandung tanpa dikehendaki. Si DPP pun diusir dari sana. Walau dia seorang dukun besar tetapi rasa hormatnya ke Tulangnya Nainggolan tetap dianutnya sehingga dia menghindar dan menyeberang ke Bakkara lalu pulang kampung ke Humbang. Anak yang di kandung boru Nainggolanpun kemudian lahir sepeninggal Bapanya si DPP. Anak itu di paraja Nainggolan sehingga disebutlah dia Si Lumban Raja. Lama kelamaan ditabalkan menjadi Nainggolan LumbanRaja.

Si DPP dari pulang kampung ke Humbang lalu mengembara juga ke arah Pakkat/Parlilitan. Suatu ketika dia melamar seorang gadis dari Raja Huta Simbolon. Dia perkenalkan bahwa dia bernama DPP . Merantau kesini dari Nainggolan. ” Disana juga saya sudah kawin” katanya tanpa sungkan karena pada zaman itu poligami adalah sesuatu yang biasa. Pendek cerita si DPP pun kawin lagi disana dengan boru Simbolondan lahir lah beberapa keturunan disana seperti Pusuk,Buaton ,Mahulae dsb. Setelah itu dia meninggalkan tempat itu lalu mengulangi lagi perjalannya ke Tuntung Batu ,ke Sagala dan ke Haranggaol sampai dia berada pada pusaran kekuasaan Raja2 di Simalungun. Di Simalungun ,kisahnya tidak terekam lagi selama pengembaraannya yang berulang itu, kecuali pada akhirnya dia diyakini dikuburkan di Lokasi KramatPardagangan Simalungun.

Dulu saya tanya Udin Purba, tokoh Soksi Simalungun “ Saya tahu kramat Pardagangan itu di kampung kita Desa Siboro tapi saya ragu karena menurut logikaku dia cocoknya dikebumukan di kawasan Humbang”? Beliau katakan “memang benar asalnya si DPP disana tapi dia sangat dihormati di Simalungun karena jasanya ke Penguasa Damanik jauh lebih hebat dari ketika dia di Negeri Sagala. Juga penguasa ulayat belakangan ini yakni Sinaga juga mendapat hak itu dari Sinaga. Semua marga2 penguasa ulayat di Simalungun mempunyai kekerabatan yang tinggi sehingga turunan si Raja Purba sangat dihormati dan mempunyai kerajaan di Simalungun ini “katanya. Maka mungkin karena kekerabatan Raja2 Simalungun itulah , dia mendapat hak dimakamkan disana. Kalau ingin tahu, silahkan jalan2 kesana tapi jangan lupa membawa hassang dan pisang kesukaannya.Seperti kepercayaan par malim katakan bahw manusia yang telah mati dapat menjelma pada makluk hidup yang lain seperti Pohon, Binatang yang berinteraksi dengan jasad itu. Saya sebagai penganut Kristiani menilai cerita ini sebagai budaya saja dan jauh dari suatu kepercayaan walau ada juga benang merahnya dari segi iman Katolik yang saya anut. Terima kasih. Sekali lagi maaf kalau isi cerita ini tidak berkenaan untuk anda. Botima …….Horas ( Editor RES)


Info Khusus Pusuk dan Humbahas Sekitarnya
Selasa, 18 Januari 2011

Kurang lebih 550 tahun yang silam atau sekitar tahun 1560, seorang pemuda yang bernama DPP yang berasal dari Samosir keturunan marga Nainggolan. Tanpa rencana dan tanpa disadari akhirnya beliau tiba di Parlilitan tepatnya daerah Sionom Hudon. Kesehariannya aktifitas beliau adalah marultop (berburu burung, babi hutan dan binatang-binatang lainnya  , ultop terbuat dari bambu yang kemudian ditiup) di hutan. Hari demi hari kegiatannya marultop hingga tanpa disadari telah sampai di kawasan hutan belukar Parlilitan. Sesampainya di Parlilitan, pertama sekali dia berada  di wilayah pertanian dan ada sebuah gubuk milik petani. Begitu melihat gubuk, dia tidak langsung masuk, tetapi hanya mengamati dari jauh, dan kondisi DPP saat itu tanpa pakaian yang lengkap karena sudah lama di hutan dan tidak pernah kembali ke rumah dan beliau juga memiliki banyak hasil buruan seperti burung dan babi hutan pada saat itu. Suatu ketika DPP melihat  penghuni gubuk berangkat ke ladang, disitulah DPP masuk ke gubuk, dan digubuk itulah dia menyantap hasil buruan juga memakai pakaian yang ada di gubuk tersebut. Kalau sudah sore DPP meninggalkan gubuk tersebut karena dia mengira bahwa penghuni sudah akan kembali ke pondok. Sesampainya digubuk, penghuni merasa heran karena ada daging hasil buruan yang ditinggal DPP, serta letak pakaian mereka berubah tempat, karena selama di gubuk DPP memakai pakaian yang ada disitu, ketika kembali ke hutan dia meninggalkan pakaian tersebut. Penghuni gubuk adalah marga Simbolon dan memiliki putri. Walopun Simbolon merasa ada yang berubah tetapi dia tetap beranggapan positif tentang hal tersebut. Demikianlan yang terjadi antara mereka selama beberapa hari, tidak saling tahu antara DPP dan Simbolon.
            Pada suatu ketika, DPP tertidur digubuk hingga Simbolon kembali ke gubuk dan memergokinya, akhirnya mereka ketemu, dan DPP menyuruh mereka agar jangan masuk dulu, karena dia mau keluar dan merasa malu karena tanpa pakaian. Dan akhirnya merekapun pergi menjauh hingga DPP meninggalkan gubuk. Dan tak lama kemudian akhirnya mereka bertemu kembali dan berkenalan saling mengetahui asal usul mereka sehingga mereka menjadi dekat satu sama lain. Pada masa itu di daerah tersebut sering terjadi perang antar daerah, termasuk Simbolon juga sering terlibat. Kemudian simbolon menawarkan agar DPP bisa ikut membantu, dan mereka berjanji kalau mereka menang maka putrinya akan dinikahkan dengan DPP. Perang pun terjadi dan dimenangkan mereka (DPP) dan akhirnya DPP dinikahkan dengan putri Simbolon, dan mereka pun membentuk keluarga dan memiliki keturunan yaitu Pusuk, Buaton Mahulae.
            Semasa hidupnya DPP dikenal masyarakat adalah orang yang cerdik, pintar, dan sering bertualang dan berburu (marultop) ke daerah lain, dan DPP menikah hingga 9 kali.
1. Istri Pertama Boru Simbolon
            Keturunan dengan Boru Simbolon adalah
1.      Tuan Panalingan
2.      Mogok Kualu
3.      Tuan Appir
4.      Boru Sumangge
5.      Boru Nahunik
3 putra dan 2 putri, anak 1 s/d 3 putra dan 4,5 adalah putri. Hari berjalan demi hari dan tahun berjalan demi tahun. Anak-anaknya pun sudah besar dan kebetulan di depan rumah mereka  adah pohon Utte(Jeruk). Boru sumangge termasuk putri yang cerdas dan baek terhadap saudara2 nya. Dan pada suatu ketika boru Sumangge memanjat pokok jeruk dan menawarkan kepada saudara laki2 nya. Pertama dia menawarkan kepada abang pertama, Yang mana Jeruk yang kamu mau? Tuan Panalingan menjawab ambillah yang di pucuk, lalu dia mengambil sambil berkata mulai hari ini margamu marga Pusuk. Kemudian untuk Mogok Kualu, dan dia menjawab Buatma lomo ni roham(ambillah yang kamu mau),lalu jeruk diambil sambil berkata mulai hari ini margamu marga Buaton, dan untuk abangnya yang ketiga yaitu Tuan Appir, dia menjawab buatma mahulaepe taho, artinya ambillah seperti abang juga, dan dia berkata mulai hari ini margamu marga Mahulae. Inilah asal mula terjadinya Marga Pusuk Buaton, Mahulae yang berada di daerah Pusuk Parlilitan.
            Boru Sumangge menikah dengan Marga Hasugian si Raja Tunggal. Dan Boru nahunik tidak menikah dan sampai saat ini menjadi sisombaon di dolok Somaila (gunung). Tuan Panalingan menikah dengan boru Sihotang Simarsoit dari Dairi, dan keturunannya adalah semua marga Pusuk yang ada di Dunia ini. Mogok Kualu juga menikah dengan Sihotang Simarsoit, dan keturunanya adalah semua Marga Buaton yang ada di dunia ini, dan Tuan Appir 2 kali menikah, istri pertama boru Sihotang Simarsoit dan kedua Boru Simanullang.
2.      Istri kedua DPP adalah Boru Tinanjungan dan keturunanya Tajut
3.      Istri Ketiga dari Toba yaitu Boru Manurung, keturunannya Talusuk dan Toga Sahata
4.      Istri Keempat Boru manurung, keturunannya Sabungan Raja dan Guru Tinandangan
5.      Istri kelima (info kurang lengkap), keturunanya Guru Tinanjungan dan Raja Bonan   Dolok
6.      Istri Ke- 6 Boru Limbong keturunannya Raja Tomuan dan Raja Sinomba
7.      Istri Ke-7 dari tanah Karo Boru Jabat (Janda), keturunanya Siboro DPP dan Purba DPP
8.      Istri Ke-8 adalah Boru Silalahi (Janda), keturunanya Tarigan DPP
9.      Istri Ke-9 adalah Boru Manik dari Simalungun (Janda), keturunannya adalah Girsang
Khusus untuk marga Siboro DPP, Purba DPP dan Tarigan DPP yaitu dari istri ke 7,8 dan 9 . DPP menikahi istri-istrinya( istri ke 7,8,9) yang notabene sudah janda. Marga Siboro, Purba, dan Tarigan sudah ada sebelumnya yaitu dari suami sebelum DPP. Dan hasil perkawinan DPP dengan istri ke 7,8,9 adalah marga  Siboro DPP, Purba DPP dan Tarigan DPP
DPP tiada hari tanpa bertualang (marultop dan perang), dan perjalanan terakhirnya di daerah Perdagangan. Pada saat itu juga terjadi perang di daerah tersebut, DPP salah salah satunya pemimpin perang. Beliau sering bersembunyi di pokok beringin (Hariara), salah satu kesaktiannya adalah mampu bertahan hidup walaupun tidak makan dan minum hingga berbulan-bulan. Daerah Simalungun tepatnya daerah Perdagangan adalah perang terakhir keterlibatannya, dan saat itu perang sangat sengit, beliau pun sering bersembunyi di Goa tepatnya di bawah Pokok hariara tersebut. Karena sudah berbulan-bulan bersembunyi di Goa tersebut, hingga akar Beringin menutupi goa dan DPP tertutup di dalamnya dan akhirnya meninggal. Daerah tersebut sekarang menjadi tempat yang sering dikunjungi para pejiarah yaitu perbatasan Lima puluh dengan Perdagangan. Bahkan ada yang mengtakan bahwasaannya DPP sebenarnya lebih sakti dari Sisingamanagaraja
DPP lah sebagai tokoh atau pendiri yang membawakan marga Nainggolan Lumban  Raja yang di dunia ini.

Metode Penulisan       : wawancara dengan berbagai sumber ( diantaranya Op. Randhy Buaton dan Pak Ester Mahulae)
Keyword                     : DPP, Datu Parulas Parultop, Pusuk, Buaton, Mahulae, Nainggolan, Lumban Raja

Mohon saran dan kritik bila ada kesalahan dan kekurangan demi kesempurnaan sejarah tentang DPP
Mr. B


Warta Renovasi Tugu

Selasa, 27 Oktober 2015

KONGSI LUMBAN RAJA

SEJARAH SINGKAT KONGSI LUMBAN RAJA
AWAL PEMBANGUNAN TUGU TOGA SAHATA
Nenek moyang kita Toga Sahata menikah dengan Si Boru Marjulonggo Boru Hutapea, yaitu borunya ompu Raja Bona Ni Onan Hutapea dari Lumban Sioa Laguboti dan tinggal di Harian Nainggolan
Pada bulan September 1921, Parrajoan Ompu Onan Hutapea datang berkunjung ke Harian Samosir Tapanuli Utara. Maksud kedatangannya untuk memupuk Silaturahmi antara Parrajaon dengan Parboruon, dan kedatangannya disambut baik oleh Pomparan Toga Sahata Lumbanraja yang ada di Harian Nainggolan.
Kesempatan itu dimanfaatkan Parrajaon Hutapea dari Lumban Sioa untuk memberikan dorongan kepada Penatua-Penatua Adat Lumbanraja membentuk satu kumpulan yang kemudian disepakati dan disetujui oleh Penatua-Penatua dan diberi nama KONGSI LUMBANRAJA.
Pemikiran itu dilatarbelakangi bahwa sudah sejak dahulu nenek moyang Lumbanraja telah mendirikan satu Rumah Parsantian, tempat menyimpan barang-barang pusaka seperti: Ogung, Ultop, Rumbi, Debata Idup, dll. Di samping itu, rumah parsantian ini juga dipakai oleh Pomparan Toga Sahata untuk memanjatkan doa kepada Tuhan.

Kongsi Lumbanraja berjalan lancar sewaktu jaman penjajahan Belanda tetapi pada jaman pendudukan Jepang kongsi ini mengalami banyak keruwetan. Maksud dan tujuan Kongsi Lumbanraja ini ialah meneruskan cita-cita dan usaha-usaha dari Penatua-Penatua dari turunan Datu Parulas (secara khusus pomparan ni Toga Sahata), yaitu: Appa  Maksa, Amani Parulas, Oppu Ronggu, Raja Simoba, Boru, Bere/Ibebere untuk mempererat silaturahmi antara Turunan Toga Sahata di Bona Pasogit, dan yang berada di tano Parserahan.
Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, Rapat Pengurus dan Anggota Kongsi Lumbanraja sepakat membangun Monumen/Tugu Lumbanraja Toga Sahata sebagai symbol pemersatu seluruh keturunannya baik yang berada di Bona Pasogit maupun di tano parserahan (perantauan).
Maka pada tahun 1973 diputuskan dan disepakati untuk membangun Tugu Parsadaan dimaksud. Peresmian tugu dilaksanakan pada tanggal 21 April 1974 yang berkedudukan di Harian Nainggolan Samosir. Peresmian ini dimeriahkan dengan Gondang Batak dan “Mangaliat Horbo” di alaman Rumah Parsantian. Pesta ini berlangsung selama tiga hari dengan mengundang semua Hula-hula dan yang berkepentingan.
Struktur bangunan Tugu Lumbanraja Toga Sahata dibuat dari plat besi baja yang tingginya kurang lebih 15 meter, dan dipuncak Tugu dibentuk gambar tangan berdo’a, mendoakan semua pomparannya agar tetap SAHATA SAOLOAN, MADUMA DAN MAMORA, SAUR MATUA DAN MAULI BULUNG.
Seiring dengan berjalannya waktu, Tugu Lumbanraja  Toga Sahata pun semakin tua dimakan usia. Plat besi berkarat, posisinya sudah dibawah jalan raya, pekarangannya tidak terawat, bentuknya sudah miring. Intinya: sangat memprihatinkan. Barangkali, satu-satunya tugu yang memprihatinkan di sekeliling Samosir Tugu Lumbanraja Toga Sahata.
Karena itu, ide merenovasi tugu tersebut dicetuskan di Medan, dan diinformasikan kepada semua keturunan Lumbanraja Toga Sahata dimanapun mereka berada. Kita semua yakin bahwa renovasi ini bisa berjalan dengan baik karena berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (Tampakna Do Tajomna, Rim ni Tahi Do Gogo Na).
Total dana yang dibutuhkan untuk renovasi Tugu tersebut adalah sebesar                   Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Pelaksanaan renovasi tugu akan dilaksanakan di bulan September tahun 2015, dan direncanakan selesai pembangunannya pada bulan Desember 2015.
Maka kami Panitai mengharapkan partisipasi kita semua pomparan ni Ompunta Lumban Raja Toga Sahata untuk melaksanakan renovasi ini. Mari kita satukan tekad semua pomparan ni Lumbanraja Toga Sahata untuk merenovasi  Tugu ni Ompunta agar dapat berdiri tegak seperti tugu-tugu lainnya sehingga terlihat  hasadaon ni rohanta angka pomparan ni ompunta Lumbanraja Toga Sahata. Ala tontong hita sahata saoloan.
Firman Tuhan juga berkata di 2 Korint 9 : 7 “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Kiranya Tuhan merestui dan memberkati tekat kebersamaan/hasadaon kita pomparan ni ompujng kita Lumbanraja Toga Sahata, agar renovasi tugu dimaksud berjalan dengan lancar dan baik dan sesuai dengan rencana  Panitia di awal tahun 2016 Kita akan mengadakan Pesta Bona Taon atau Syukuran sekaligus Peresmian Tugu Toga Sahata Lumbanraja dimaksud.
Atas nama seluruh Panitia Renovasi Tugu Lumban Raja Toga Sahata, serta seluruh seksi-seksinya, atas segala Partisipasi kita semua.
PEPATAH BATAK MENGATAKAN :
Ø  BAGOT NA MARHALTO MA NANIAGATAN DI ROBEAN, HORASMA PANITIA NAMANJALO, MARLIPAT GANDA MA DI HAMU NA MANGALELAN.
Ø  BALINTANG MA PAGABE, TUMUN DALHON SITADOAN, ARINTA POMPARAN NI TOGA SAHATA MA GABE, MOLO TONG HITA MASIPAOLO-OLOAN.
Ø  TAMBAR MA BONANA RUGUN DOHOT BULUNG NA HORAS MA HULA-HULANA, SONGONI MA NANG BORUNA
Ø  PAUK-PAUK HUDALI, TU PAGO-PAGO TARUGI NA TADING TAULANI, NA SEGA TAPHULI.

Medan,   September 2015
Panitia Renovasi Tugu
Parsadaan Toga Shata Lumbanraja
Mewakili Pengurus
Ketua Pelaksana
( S. Nainggolan Lumbanraja )
A. Andri

Proposal Natal




PROPOSAL  
 PERAYAAN NATAL TAHUN 2015

 PUNGUAN
LUMBANRAJA TOGA SAHATA
BORU, BERE, IBEBERE
KOTA MADYA MEDAN DAN SEKITARNYA

Thema :
“Haporseai ma Tuhan Jesus,
Asa malua ho dohot isi ni bagasmi.!”
(Apostel 16 : 31.b)



Minggu, 20 Desember 2015
Wisma Taman Sari Indah-Jl. Kapt. Muslim-Sei. Sikambing-Medan





A. DASAR PEMIKIRAN  

          Upaya peningkatan mutu/kedewasaan iman dan usaha menggalang kesatuan dan kebersamaan seluruh Keluarga Anggota Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan, merupakan suatu kegiatan yang tidak lepas dari perhatian kita semua, oleh karena itu perlu adanya suatu kegiatan yang tepat untuk mewujudkannya, salah satu program yang dimaksud adalah melalui Perayaan Natal yang merupakan Program rutin dwi tahunan dan sekaligus sebagai pernyataan/ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah dianugrahkan kepada kita.  
 
      
B. MAKSUD DAN TUJUAN

Pelaksanaan kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahat Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya dimaksudkan untuk semakin mengenal satu dengan yang lain serta lebih menyadari bahwa kita adalah satu, dan bersaudara sehingga kesatuan dan persaudaraan agar tetap diperjuangkan, disamping itu juga lebih menyadari bahwa kasih  persaudaraan yang kita nyatakan adalah bersumber dari kasih sejati Tuhan yang akan kita dalami melalui Perayaan Natal bersama ini.

C. KEGIATAN DAN TEMA KEGIATAN
         
Kegiatan ini merupakan kegiatan kerohanian berupa Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere  se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya, yaitu memperingati akan kelahiran Sang Juru selamat manusia dengan Thema  : “Haporseai ma Jesus, asa malua ho dohot isi ni bagasmu..!”  (Apostel  16 : 31.b) dan Sub Thema : Marhite Pesta Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere Kota Madya Medan dan Sekitarnya naeng pahothon haporseaon na si haholongan di bagasan Mesias simual haluaon.


D. SASARAN DAN TARGET KEGIATAN
          
Sasaran pada kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya adalah seluruh komponen keluarga  yang tergabung dalam Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere beserta semua yang hadir dan adapun target kegiatan adalah diharapkan agar setelah kagiatan Perayaan Natal ini seluruh peserta yang hadir dapat terus mengembangkan sikap kesatuan, kebersamaan dan kasih tidak hanya dalam lingkup Anggota Keluarga, bukan pula dalam Punguan Sektor tetapi meluas sampai di masyarakat dimana kita bedomisili.


E. WAKTU , TEMPAT JADWAL
     
Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya dilaksanakan pada  :
        Hari/Tanggal            : Minggu, 20 Desember 2015
        Pukul                      : 10. 00 Wib s/d selesai
        Tempat                   : Wisma Taman Sari Indah
                                         Jl. Kapt. Muslim. Sei. Sikambing-Medan


F. PESERTA KEGIATAN

 Peserta kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya adalah seluruh anggota keluarga yang tergabung dalam Punguan Wilayah/Sektor Lumbanraja Toga Sahata yang terdiri dari Anak, Boru, Bere dan Ibebere serta para undangan

       



a.)  Rencana Pengeluaran                                                
1.    Seksi Liturgi/Acara                                                Rp. 2. 500.000,
a.    Penyusunan dan penggandaan Tertib Acara
b.    Foto Copy Teks Liturgi dan Partitur Koor
c.    Lilin Besar + Tempat Lilin
d.    Spanduk                                             

2.    Seksi Dekorasi/Tempat/Peralatan/Hiburan              Rp. 4.500.000,
e.    Sound System 5.000 Watt/Mic
f.     Keyboard + Sulim + Taganing
g.    Transpot Parmusik

3.   Seksi Konsumsi                                                     Rp. 18.500.000,
h.    Nasi Kotak 700 kotak 
i.      Lampet
j.     Agua Botol
k.    Agua Gelas
                                                     
4.   Seksi Penerima Tamu                                           Rp.      500.000,
l.      Pabrikasi Bunga Smart
                                                     
5.    Sekretariat                                                            Rp.   1.500.000,
m.  Stempel
n.    Pengadaan ATK
o.    Undangan/Proposal
Total Pegeluaran                                                       Rp. 27.500.000,
Terbilang            : Dua puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah
  


b.)  Rencana Pemasukan                           
a.    Sumbangan PLTS Kota Madya Medan                Rp.     5.000.000,
b.    Tok-tok Ripe Anggota  300 KK, @ Rp. 50.000  Rp.    15.000.000,
c.    Kolekte Natal                                                      Rp.         750.000,
d.    Sumbangan Bunga Smart                                     Rp.         500.000,
e.    Donateur/Sponsor                                                Rp.      6.500.000,
Total Pemasukan                                                       Rp.  27.750.000,
Terbilang      : Dua puluh tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah



H. PANITIA

          Pelaksana kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya ini diserahkan kepada Panitia yang telah  dihunjuk/dibentuk melalui hasil rapat dalam Punguan Lumbanraja Toga Sahata Sektor Helvetia Medan dan sekaligus dilantik oleh Penasehat pada hari Minggu, 19 September 2015 dengan Surat Keputusan No : 07/PLTS/VIII/2015 tanggal 30 September 2015 dan dinaungi oleh Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere Kota Madya Medan dan Sekitarnya dengan susunan panitia sebagai berikut :



Penaggung jawab     : Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere
  Kota Madya Medan Dan Sekitarnya

Penasehat               : S. Lumbanraja
                                Ny. Dr. M. Lumbanraja br. Sagala (Op. Bonita)

Ketua Umum           : Pdt. M. Lumbanraja. SE, S.Th  
Ketua I                   : Dr. A. Lumbanraja
Ketua II                  : H. Lumbanraja. SS 
Sekretaris               : J.M. Lumbanraja
Bendahara I            : Drs. S. Hutagalung
Bendahara II          : Ir. J.D. Pakpahan


Seksi Liturgi/Acara    : Pdt. F. Batubara. S.PAK (Koordinator)

Seksi Dekorasi/        : Ir. Rudi Lumbanraja (A. Bonita Lumbanraja) Koordinator
     Peralatan/
    Tempat/ dan
      Hiburan

Seksi Konsumsi        : J. Lumbanraja (Koordinator)
                                  J. Samosir

Seksi Dana              : M. Lumbanraja (Koordinator)
                                 Masing-masing Ketua Sektor
Seksi Penerima Tamu : Ny. Dr. A. Lumbanraja, Dr. S. br. Tanggang (Koordinator)
                                   Ny. Pdt. M. Lumbanraja. SE, S.Th br. Juntak
                                   Ny. H. Lumbanraja. SS. br. Gultom
                                   Ny. J.M. Lumbanraja br. Haloho
                                   Ny. Drs. S. Hutagalung br. Lumbanraja
                                   Ny. Ir. J.D. Pakpahan br. Lumbanraja
                                 Perwakilan kaum ibu tiap Sektor masing-masing 1(satu) orang
                             

I. PENUTUP

          Demikian Proposal Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya ini kami perbuat, dengan harapan kiranya dapat dijadikan sebagai acuan dan kerangka dasar demi terlaksananya kegiatan yang dimaksud dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan bagi Bapak/Ibu/Saudara-i untuk berpartisipasi dalam kegiataan Perayaan Natal ini .
Atas perhatian dan bantuannya, terlebih dahulu kami hanturkan banyak terimakasih.          

Medan, 15 Oktober 2015






PANITIA PERAYAAN NATAL TAHUN 2015
PUNGUAN LUMBANRAJA TOGA SAHATA DOHOT BORU, BERE, IBEBERE
SE-KOTA MADYA MEDAN DAN SEKITARNYA






Pdt. M. Lumbanraja. SE, S.Th     Drs. S. Hutagalung                       J.M. Lumbanraja
             Ketua Umum                   Bendahara                                 Sekretaris





Mengetahui,
PUNGUAN LUMBANRAJA TOGA SAHATA
DOHOT BORU, BERE, IBEBERE
                                    KOTA MADYA MEDAN DAN SEKITARNYA





Kombes Pol (P) Drs. A. Nainggolan. SH                Drs. V. Lumbanraja. M.Pd
                     Ketua                                                               Sekretaris