Selasa, 27 Oktober 2015

Legenda Op. Datu Parulas Parultop



LEGENDA
DATU PARULAS PARULTOP
Apr 6, 2014
Pernahkah anda mendengar lokasi keramat Pardagangan ? Didekat kota Pardagangan ada suatu lokasi dengan hutannya yang lebat dan disana ditemukan banyak orang hutan atau Kera yang dengan setia menanti anda membawa makanan2 kesenangannya seperti kacang, roti, pisang atau macam-macam makanan lainnya. Tetapi jangan heran,walau anda bawa makanan kesukaan mereka ada kalanya Kera itu sama sekali tidak mau memakannya dibiarkannya saja begitu. Kalau demikian responnya maka menurut kepercayaan orang awam bahwa rezeki anda masih menjauh. Saya pernah mendapat cerita dari almarhum Udin Purba Siboro anggota DPRD Simalungun pada tahun 1972 katanya ada seseorang (tidak perlu saya sebutkan namanya) yang pada suatu ketika mengantarkan sajian makanan kesana. Gerombolan kera itu dengan lahap menyantapnya. Setetah kejadin itu dia menjadi kaya raya dan berikutnya dia menjadi penyandang marga SIBORO. Mengapa menjadi marga Siboro? Bahkan saya yang ketika itu menjadi aktifis mahasiswa Golkar disarankannya minta semacam restu kesana sebelum bermain di politik yang sama sekali tidak jadi saya penuhi. Konon di lokasi itu lah moyang beberapa marga antara lain marga Siboro yaitu DATU PARULAS PARULTOP( DPP) di kuburkan (dibawah pohon-pohon rindang itu lalu menjadi lokasi kramat yang disebut NAMARTUA-TUA PARDAGANGAN). Lalu siapa rupanya DPP itu ? Siapa saja orang keturunannya? Kalau begitu dengarlah cerita berikut ini. Boleh parcaya boleh juga tidak. Cerita ini saya dengar dari beberapa orang tua kira2 50 tahun yang lalu. Saya susun dalam bahasa Indonesia supaya mudah dipahami pembaca karena keturunan DPP sendiri saat ini terdiri dari berbagai sub etnis Batak. Di Toba ada marga Purba atau Siboro dan Lumbanraja, di Simalungun ada marga Purba Siboro, di Karo ada marga Tarigan Sibero, di Pakpak ada marga Cibro dengan bahasa daerah nya masin-masing yang bervariasi.
Simaklah cerita ini.
Pada zaman dahulu kala atau sekitar 450 tahun yang lalu ada seorang dukun terkenal di wilayah Humbang Hasundutan sekarang , namanya DATU PARULAS PARULTOP( DPP). Dia anak laki-laki dari SOMALATE atau Cucunya Guru SOTANGGUAN anak si nomor dua dari si PURBA SIGULANGBATU. Purba Sigulangbatu adalah anak ketiga dari Toga PURBA (Purba , Manalu , Debataraja dan Rambe) , jadi si Purba itu adalah anak sulung dari Toga Simamora.
Sudah menjadi kebiasaan pada zaman dahulu kala seorang dukun baru diakui kehebatannya kalau dia mampu menjelajahi dan menaklukkan kampung-kampung lain untuk tanding kedukunan seraya menunjukkan kemampuannya menaklukkan hutan yang banyak dihuni binatang buas. Jadi tidak jago kandang. Apalagi konon si Datu Parulas mendapat kekuatan juga dari saudara kembarnya sebuah Ultop atau semacam senjata menembak. Dengan itu namanya menjadi DPP. Maka DPP pun pergilah dari kampungnya menuju wilayah Dairi. Dengan menerobos belantara hutan. Tentu tidak mustahil bertemu dengan binatang2 buas seperti Harimau,Ular yang berkuasa di hutan perawan Tele atau kawasan Dolok Ulu Darat. Namun bagi DPP tidak menjadi masalah karena bekal ilmu yang dimilikinya dan senjata ultop itu dia yakini cukup ampuh menghadapinya. Tahan ditikam tahan dipukul dan mampu menaklukkan binatang buas sudah menjadi kelebihannya. Setelah berminggu-minggu lamanya di perjalanan ,DPP tibalah di suatu Desa Lehu/ Tuntungbatu Dairi. Disana DPP kawin dengan wanita lokal dan melahirkan marga Siboro yang selanjutnya dikenal dengan Siboro Tuntungbatu. Konon Siboro dari Tuntungbatu itulah yang merantau ke Aceh Selatan selanjutnya merobah ejaan marga menjadi Cibro (Intonasi bahasa Pakpak atau Aceh ?). Disana dia berkenelan dengan seorang jagoan namanya si Girsang . Maklumlah sesama jagoan tentu saling menyegani lalu marpadan (Berkomitmen) menjadi bersaudara. Setelah anaknya bisa mandiri lalu keluarganya dititip kan disana, dia sambil mengajak si Girsang meneruskan penjelajahannya ke daerah Simalungun. Sesampai di Simalungun dia kawin dengan wanita sana sehingga melahirkan salah satu anak laki2nya yaitu Purba Siboro yang selanjutnya bermukim di Haranggaol. Keturunannya menjadi Tuan atau salah satu Raja/ sohe diantara saudara2 nya Purba lain antara lain Purba Dasuha, Purba Tambak, Tondang dan lain2. Keturunannya menjadi Tuan Siboro dan bermukim disana disuatu desa yakni desa SIBORO GAUNG-GAUNG di Haranggaol. Selanjutnya dia berencana pergi lagi menuju suatu desa yang menurut cerita yang dia dengar bahwa disanalah desa leluhurnya si Raja Batak yaitu di kawasan SIANJUR MULA-MULA di negeri SAGALA. Caranya kesana harus melalui Danau Toba persisnya Tao Silalahi( ketika itu nama itu belum ada) . DPP harus melewati Tao Silalahi dengan ombaknya yang terkenal besar yang harus dilalui dengan perahu kayu/papan yang digerakkan dengan pengayuh kayu namanya HOLE( Mesin belum dikenal pada masa itu). Karena bakal bahaya nya perjalanan, lalu dia berpesan kepada abangnya si Purba Dasuha.
“ Suha “! Katanya memanggil abangnya itu. Saya mau ke kampung moyang kita di kaki Gunung Pusuk Buhit nun jauh disana, bolehkah kau membantu saya” ?
Suha menjawab “Boleh tetapi bagaimana caranya ?
Begini kata DPP “Kalau daun yang tumbuh di pekarangan kita ini layu, datanglah kau ke Desa sana yang dikaki Gunung itu lalu bawalah ramuan ini (Tambar) serta dedaunan ini lalu oleskan lah ke badanku, seraya cambukkan ke badanku.
Lalu katakanlah “Tambar simarubungubung tambar simarabangabang, siparata naung busuk sipangolu naung mate”.
“ Lalu siramkan/ pispihon( Racikkan) ke badan ku “kata DPP mengajari abangnya.
Demikianlan seterusnya DPP pun bertolak dengan sampan itu menuju tujuan dimaksud. Selang beberapa hari sampailah si DPP di negeri SAGALA persisnya di pantai Tulas sekarang. Disitu ada muara sungai Tulas .Dia telusuri jalan sepanjang sungai sampai dia melihat ada perkampungan Negeri SAGALA disana. Tetapi DPP heran sepertinya tidak ada tanda2 kehidupan di negeri leluhur si Raja Batak itu. Yang dia tahu marga penghuninya adalah salah satu anak Guru Tatea Bulan , namanya SAGALA RAJA. Dia mendekat ke rumah bolon yang ada di desa itu. Sontak penghuni rumah itu bergembira mendengar ada orang berani di luar rumah.
“Horas Tulang kata DPP”? Kata DPP menyapa.
“ Siapa namamu amang, aha margamu,sian dia hutam “ kata keluarga Sagala Raja yang dirundung ketakutan itu.
“Saya DATU PARULAS PARULTOP anak ni Si Purba Sigulangbatu. Kenapa kalian tidak berani
keluar rumah Tulang “kata DPP.
“Sudah satu minggu kami tidak berani keluar rumah amang karena ada babi hutan liar dan
ganas. Suka mengejarngejar kami. Sahutnya.
“ Ahhhhhhhh…… itu gampang Tulang. Bisa kulawan itu. Tapi begini Tulang, kalau bisa
kumatikan binatang itu dengan ultop ku ini, apa balas jasaku Tulang “ katanya dengan
sopan.
Si Sagala Raja dengan disaksikan para keluarga di kampung itu menjawab “ Ada tujuh anakku perempuan, pilih lah satu menjadi istrimu.
“ Baiklah Tulang,tetapi dari mana kami makan, apa pencaharian kami Tulang “katanya.
“Ambil tanah negeri ini sejauh jangkauan tembakan peluru ultopmu itu” katanya.
“ Mauliate Tulang “katanya.
Sebelum ke pertarungan itu lalu DPP pun memberi amanah kepada Tulangnya;
“ Begini Tulang, kalau saya mati atau luka biarkanlah,jangan dijamah atau dikuburkan
sampai menunggu abangku datang” kata DPP.
Setelah sepakat maka keluarga Sagala Raja sudah dapat tidur dengan nyenak karena DPP sudah berlaku seperti SATPAM di halaman kampung itu. Suatu malam yang sepi Babi Hutan ganas yang di nanti2 itu pun muncul dari kejauhan. Matanya dengan mata DPP saling beradu, sama2 tajam. Si Babi hutan lalu menyerbu DPP. DPP menembak nya tapi tidak mempan lalu terjadi pergumulan di malam yang gelap itu. DPP dengan perkasa berhasil mengekang rahang babi itu tetapi si DPP pun terhempas berkali-kali. Terjadi pertarungan berdarah di tempat yang gelap gulita. Keluarga Sagala Rajapun terbangun seraya dengan cemas mengintip pergumulan seru itu di malam sepi itu. Lalu hening, kayaknya keduanya tidak bernyawa lagi. Mereka membawa suluh dan lampu teplok melihat kejadian sebenarnya. Si DPP sudah tergeletak tetapi babi hutan itu juga sudah mati karena rahangnya telah sobek. Lalu seperti janji semula, bangkai si DPP mereka biarkan lalu Babinya mereka kuburkan.
Di Haranggaol, di kampung abangnya si Dasuha pada malam kejadian para anjing pada menggonggong . Auanggggggg …….auanggggggg….! gonggongnya sampai mengganggu tidur si Dasuha. Dasuha keluar rumah pada malam yang gelap gulita itu. Dia lihat daun tanaman/ Bunga2 di pekarangannya sudah layu. Dia teringat akan pesan adeknya si DPP.” Wah……. si DPP sudah celaka” pikirnya. Pagi harinya dia bergegas menuju solunya lalu bergerak menuju Kampung di kaki Gunung Pusuk Buhit. Dia mendarat di Tulas yang ketika itu tanpa penghuni. Dia telusuri binanga (Sungai Tulas) maka tibalah dia di Desa Huta Bagas Negeri Sagala. Diperkenalkan dirinya si Dasuha abanganda si DPP. Tidak berlama-lama ngobrol dengan Raja Huta itu lantas tambar yang dia bawa dioleskan seraya mengucapkan mantera “ Tambar simarubungubung tambar simarabangabang siparata naung busuk sipangolu naung mate, mangolu…..mangolu” katanya. Si DPP lalu siuman dan menjadi sehat walafiat. Si DPP dan si Dasuha lalu dipestakan di kampung itu seraya akan memenuhi janjinya atas lahan dan anak perempuannya yang akan diperistri DPP. Sambil acara ogung sabangunan lantas si DPP lalu disuruh memilih satu dari antara tujuh putri nan jelita itu.Menurut cerita itu si DPP bingung memilih dari aspek kecantikan. Lalu DPP menyuruh ketujuh gadis itu melewati suatu sungai di desa itu. Si putri sulung duluan menyeberangi sungai itu. Si putri sulung sampai dengan putri ke enam pada setiap menyeberangi sungai selalu mengangkat rok nya sampai diatas lutut agar roknya tidak sampai basah. Tetapi si putri bungsu pada giliran berikutnya( terakhir) sama sekali tidak mengangkat roknya.” Ketimbang pahaku kelihatan lebih baik ujung rokku basah” pikirnya. Si DPP pun sontak bergembira. Selesai si Bungsu menyeberangi DPP memperhatikan dengan seksama. Selain lebih sopan, yang paling cantik lagi” pikir Si DPP. Tanpa pikir panjang si DPP lantas memilih si Bungsu menjadi Istrinya. Kemudian berlanjut ke janji lain yakni lahan yang akan menjadi miliknya. Si DPP disuru menembakkan ultopnya. Setelah si DPP menembakkannya lalu mereka carilah sampai dimana peluru ultopnya itu. Ternyata cukup jauh maka hampir seperempat dari luas lahan negeri Sagala menjadi milik par boruonna si DPP itu. Sedangkan si Dasuha mengingat jasanya , dia diberi atau mendapat status hak wulayat di desa Siboro (DPP) dan dinobatkan sebagai anak sulung di kalangan turunan DPP.Menurut silsilahnya dari br Sagala, DPP mendapat tiga anak laki2 dan beberapa perempuan. Anak laki2 adalah (1) Siboro Sibangundongoron, (2) Siboro Ompu Ni Arga dohot (3) Siboro Pangaribuan. Alai dietong mai jadi opat ala si Dasuha dinobatkan sebagai hahani uhum. Si Dasuha menjadi disebut Siboro Suha. Di Negeri Sagala saat ini ada empat bius, tiga bius dari marga Sagala, satu bius adalah marga Siboro. Wakilnya Siboro di bius itu dihunjuk SIBORO SUHA . Walau SUHA adalah hahani uhumtetapi dia disepakati sebagai mengwakili bius Siboro. Anak perempuan dari DPP konon ada yang menjadi istri dari keturunan berikutnya hula2nya Sagala Raja sehingga saat ini Sagala dan Siboro saling marhula-hula saling marboru diantara mereka. Perlu diketahui bahwa dikemudian hari turunan anak DPP itu menyebar di Samosir, Sibangundongoron banyak bermukim di Sihorbohorbo Urat, di Ronggur ni huta dan di Negeri Gultom ,Galungan dsb sementara Op Niarga menyebar ke Bonandolok, Rianiate ,Sidikalang dsb. Turunan Siboro Pangaribuan sangat sedikit dan tinggal di Desa Siboro.
Baiklah kita lanjutkan cerita si DPP. Setelah anaknya besar dan berumah tangga di desa Siboro Negeri Sagala, selanjutnya si DPP mengembara ke Pulau Samosir.Dia kepingin menjumpai Tulangnya keturunan si Raja Lontung (Ingat bahwa simamora adalah boru dari si Raja Lontung si sia marina pasia boruna Sihombing Simamora). Hatinya berlabuh di huta Nainggolan ( Ujung selatan) Pulau Samosir. Konon disana dia terlibat cinta gelap dengan salah seorang putri Raja Nainggolan baru tulangnya ( Maaf bahwa tentang ini ada cerita versi lain dari Lumbanraja, tetapi apa salahnya saya ceritakan cerita versi kami di desa Siboro yang diceritakan turun temurun). Entah kenapa Raja Nainggolan tidak berkenan putrinya itu dikawini si DPP. Tetapi apa lacur, mereka sudah terlanjur dan si putripun sudah mengandung tanpa dikehendaki. Si DPP pun diusir dari sana. Walau dia seorang dukun besar tetapi rasa hormatnya ke Tulangnya Nainggolan tetap dianutnya sehingga dia menghindar dan menyeberang ke Bakkara lalu pulang kampung ke Humbang. Anak yang di kandung boru Nainggolanpun kemudian lahir sepeninggal Bapanya si DPP. Anak itu di paraja Nainggolan sehingga disebutlah dia Si Lumban Raja. Lama kelamaan ditabalkan menjadi Nainggolan LumbanRaja.

Si DPP dari pulang kampung ke Humbang lalu mengembara juga ke arah Pakkat/Parlilitan. Suatu ketika dia melamar seorang gadis dari Raja Huta Simbolon. Dia perkenalkan bahwa dia bernama DPP . Merantau kesini dari Nainggolan. ” Disana juga saya sudah kawin” katanya tanpa sungkan karena pada zaman itu poligami adalah sesuatu yang biasa. Pendek cerita si DPP pun kawin lagi disana dengan boru Simbolondan lahir lah beberapa keturunan disana seperti Pusuk,Buaton ,Mahulae dsb. Setelah itu dia meninggalkan tempat itu lalu mengulangi lagi perjalannya ke Tuntung Batu ,ke Sagala dan ke Haranggaol sampai dia berada pada pusaran kekuasaan Raja2 di Simalungun. Di Simalungun ,kisahnya tidak terekam lagi selama pengembaraannya yang berulang itu, kecuali pada akhirnya dia diyakini dikuburkan di Lokasi KramatPardagangan Simalungun.

Dulu saya tanya Udin Purba, tokoh Soksi Simalungun “ Saya tahu kramat Pardagangan itu di kampung kita Desa Siboro tapi saya ragu karena menurut logikaku dia cocoknya dikebumukan di kawasan Humbang”? Beliau katakan “memang benar asalnya si DPP disana tapi dia sangat dihormati di Simalungun karena jasanya ke Penguasa Damanik jauh lebih hebat dari ketika dia di Negeri Sagala. Juga penguasa ulayat belakangan ini yakni Sinaga juga mendapat hak itu dari Sinaga. Semua marga2 penguasa ulayat di Simalungun mempunyai kekerabatan yang tinggi sehingga turunan si Raja Purba sangat dihormati dan mempunyai kerajaan di Simalungun ini “katanya. Maka mungkin karena kekerabatan Raja2 Simalungun itulah , dia mendapat hak dimakamkan disana. Kalau ingin tahu, silahkan jalan2 kesana tapi jangan lupa membawa hassang dan pisang kesukaannya.Seperti kepercayaan par malim katakan bahw manusia yang telah mati dapat menjelma pada makluk hidup yang lain seperti Pohon, Binatang yang berinteraksi dengan jasad itu. Saya sebagai penganut Kristiani menilai cerita ini sebagai budaya saja dan jauh dari suatu kepercayaan walau ada juga benang merahnya dari segi iman Katolik yang saya anut. Terima kasih. Sekali lagi maaf kalau isi cerita ini tidak berkenaan untuk anda. Botima …….Horas ( Editor RES)


Info Khusus Pusuk dan Humbahas Sekitarnya
Selasa, 18 Januari 2011

Kurang lebih 550 tahun yang silam atau sekitar tahun 1560, seorang pemuda yang bernama DPP yang berasal dari Samosir keturunan marga Nainggolan. Tanpa rencana dan tanpa disadari akhirnya beliau tiba di Parlilitan tepatnya daerah Sionom Hudon. Kesehariannya aktifitas beliau adalah marultop (berburu burung, babi hutan dan binatang-binatang lainnya  , ultop terbuat dari bambu yang kemudian ditiup) di hutan. Hari demi hari kegiatannya marultop hingga tanpa disadari telah sampai di kawasan hutan belukar Parlilitan. Sesampainya di Parlilitan, pertama sekali dia berada  di wilayah pertanian dan ada sebuah gubuk milik petani. Begitu melihat gubuk, dia tidak langsung masuk, tetapi hanya mengamati dari jauh, dan kondisi DPP saat itu tanpa pakaian yang lengkap karena sudah lama di hutan dan tidak pernah kembali ke rumah dan beliau juga memiliki banyak hasil buruan seperti burung dan babi hutan pada saat itu. Suatu ketika DPP melihat  penghuni gubuk berangkat ke ladang, disitulah DPP masuk ke gubuk, dan digubuk itulah dia menyantap hasil buruan juga memakai pakaian yang ada di gubuk tersebut. Kalau sudah sore DPP meninggalkan gubuk tersebut karena dia mengira bahwa penghuni sudah akan kembali ke pondok. Sesampainya digubuk, penghuni merasa heran karena ada daging hasil buruan yang ditinggal DPP, serta letak pakaian mereka berubah tempat, karena selama di gubuk DPP memakai pakaian yang ada disitu, ketika kembali ke hutan dia meninggalkan pakaian tersebut. Penghuni gubuk adalah marga Simbolon dan memiliki putri. Walopun Simbolon merasa ada yang berubah tetapi dia tetap beranggapan positif tentang hal tersebut. Demikianlan yang terjadi antara mereka selama beberapa hari, tidak saling tahu antara DPP dan Simbolon.
            Pada suatu ketika, DPP tertidur digubuk hingga Simbolon kembali ke gubuk dan memergokinya, akhirnya mereka ketemu, dan DPP menyuruh mereka agar jangan masuk dulu, karena dia mau keluar dan merasa malu karena tanpa pakaian. Dan akhirnya merekapun pergi menjauh hingga DPP meninggalkan gubuk. Dan tak lama kemudian akhirnya mereka bertemu kembali dan berkenalan saling mengetahui asal usul mereka sehingga mereka menjadi dekat satu sama lain. Pada masa itu di daerah tersebut sering terjadi perang antar daerah, termasuk Simbolon juga sering terlibat. Kemudian simbolon menawarkan agar DPP bisa ikut membantu, dan mereka berjanji kalau mereka menang maka putrinya akan dinikahkan dengan DPP. Perang pun terjadi dan dimenangkan mereka (DPP) dan akhirnya DPP dinikahkan dengan putri Simbolon, dan mereka pun membentuk keluarga dan memiliki keturunan yaitu Pusuk, Buaton Mahulae.
            Semasa hidupnya DPP dikenal masyarakat adalah orang yang cerdik, pintar, dan sering bertualang dan berburu (marultop) ke daerah lain, dan DPP menikah hingga 9 kali.
1. Istri Pertama Boru Simbolon
            Keturunan dengan Boru Simbolon adalah
1.      Tuan Panalingan
2.      Mogok Kualu
3.      Tuan Appir
4.      Boru Sumangge
5.      Boru Nahunik
3 putra dan 2 putri, anak 1 s/d 3 putra dan 4,5 adalah putri. Hari berjalan demi hari dan tahun berjalan demi tahun. Anak-anaknya pun sudah besar dan kebetulan di depan rumah mereka  adah pohon Utte(Jeruk). Boru sumangge termasuk putri yang cerdas dan baek terhadap saudara2 nya. Dan pada suatu ketika boru Sumangge memanjat pokok jeruk dan menawarkan kepada saudara laki2 nya. Pertama dia menawarkan kepada abang pertama, Yang mana Jeruk yang kamu mau? Tuan Panalingan menjawab ambillah yang di pucuk, lalu dia mengambil sambil berkata mulai hari ini margamu marga Pusuk. Kemudian untuk Mogok Kualu, dan dia menjawab Buatma lomo ni roham(ambillah yang kamu mau),lalu jeruk diambil sambil berkata mulai hari ini margamu marga Buaton, dan untuk abangnya yang ketiga yaitu Tuan Appir, dia menjawab buatma mahulaepe taho, artinya ambillah seperti abang juga, dan dia berkata mulai hari ini margamu marga Mahulae. Inilah asal mula terjadinya Marga Pusuk Buaton, Mahulae yang berada di daerah Pusuk Parlilitan.
            Boru Sumangge menikah dengan Marga Hasugian si Raja Tunggal. Dan Boru nahunik tidak menikah dan sampai saat ini menjadi sisombaon di dolok Somaila (gunung). Tuan Panalingan menikah dengan boru Sihotang Simarsoit dari Dairi, dan keturunannya adalah semua marga Pusuk yang ada di Dunia ini. Mogok Kualu juga menikah dengan Sihotang Simarsoit, dan keturunanya adalah semua Marga Buaton yang ada di dunia ini, dan Tuan Appir 2 kali menikah, istri pertama boru Sihotang Simarsoit dan kedua Boru Simanullang.
2.      Istri kedua DPP adalah Boru Tinanjungan dan keturunanya Tajut
3.      Istri Ketiga dari Toba yaitu Boru Manurung, keturunannya Talusuk dan Toga Sahata
4.      Istri Keempat Boru manurung, keturunannya Sabungan Raja dan Guru Tinandangan
5.      Istri kelima (info kurang lengkap), keturunanya Guru Tinanjungan dan Raja Bonan   Dolok
6.      Istri Ke- 6 Boru Limbong keturunannya Raja Tomuan dan Raja Sinomba
7.      Istri Ke-7 dari tanah Karo Boru Jabat (Janda), keturunanya Siboro DPP dan Purba DPP
8.      Istri Ke-8 adalah Boru Silalahi (Janda), keturunanya Tarigan DPP
9.      Istri Ke-9 adalah Boru Manik dari Simalungun (Janda), keturunannya adalah Girsang
Khusus untuk marga Siboro DPP, Purba DPP dan Tarigan DPP yaitu dari istri ke 7,8 dan 9 . DPP menikahi istri-istrinya( istri ke 7,8,9) yang notabene sudah janda. Marga Siboro, Purba, dan Tarigan sudah ada sebelumnya yaitu dari suami sebelum DPP. Dan hasil perkawinan DPP dengan istri ke 7,8,9 adalah marga  Siboro DPP, Purba DPP dan Tarigan DPP
DPP tiada hari tanpa bertualang (marultop dan perang), dan perjalanan terakhirnya di daerah Perdagangan. Pada saat itu juga terjadi perang di daerah tersebut, DPP salah salah satunya pemimpin perang. Beliau sering bersembunyi di pokok beringin (Hariara), salah satu kesaktiannya adalah mampu bertahan hidup walaupun tidak makan dan minum hingga berbulan-bulan. Daerah Simalungun tepatnya daerah Perdagangan adalah perang terakhir keterlibatannya, dan saat itu perang sangat sengit, beliau pun sering bersembunyi di Goa tepatnya di bawah Pokok hariara tersebut. Karena sudah berbulan-bulan bersembunyi di Goa tersebut, hingga akar Beringin menutupi goa dan DPP tertutup di dalamnya dan akhirnya meninggal. Daerah tersebut sekarang menjadi tempat yang sering dikunjungi para pejiarah yaitu perbatasan Lima puluh dengan Perdagangan. Bahkan ada yang mengtakan bahwasaannya DPP sebenarnya lebih sakti dari Sisingamanagaraja
DPP lah sebagai tokoh atau pendiri yang membawakan marga Nainggolan Lumban  Raja yang di dunia ini.

Metode Penulisan       : wawancara dengan berbagai sumber ( diantaranya Op. Randhy Buaton dan Pak Ester Mahulae)
Keyword                     : DPP, Datu Parulas Parultop, Pusuk, Buaton, Mahulae, Nainggolan, Lumban Raja

Mohon saran dan kritik bila ada kesalahan dan kekurangan demi kesempurnaan sejarah tentang DPP
Mr. B


3 komentar:

  1. datu parultop parultop itu marga purba.knapa se enaknya kalian mengatakan marga nainggolan ...manat aka dongan unang asl ni pakulingkon hata bolo so pas tu par hudulna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asing do oppung mu datu parultop parultop i, dohot oppung nami datu parulas parultop. Lae do manat makkatai, jolo sukkun jo denggan, unang tor memvonis. Seolah olah nga luas wawasan ni lae. Oppungmu nga jelas marga purba (datu parultop parultop) jangan di sama samakan sama yang jelas beda marganya dgn opung kami. Nama mereka saja yang hampir mirip. Mauliate .

      Hapus
    2. Asing do oppung mu datu parultop parultop i, dohot oppung nami datu parulas parultop. Lae do manat makkatai, jolo sukkun jo denggan, unang tor memvonis. Seolah olah nga luas wawasan ni lae. Oppungmu nga jelas marga purba (datu parultop parultop) jangan di sama samakan sama yang jelas beda marganya dgn opung kami. Nama mereka saja yang hampir mirip. Mauliate .

      Hapus