Kamis, 29 Oktober 2015
Susunan Pengurus
Penasehat ; S. Lumbanraja
Ny. Dr. M. Lumbanraja br. Sagala (Op. Bonita)
Ketua : K. Lumbanraja, SPd
Wakil Ketua : St. Ir. R. Lumbanraja
Sekretaris ; JM. Lumbanraja
Bendahara : J. Samosir
Komisaris I : S. Mandalahi
Komisaris II : B. Lumbanraja
Komisaris III : M. Lumbanraja
Komisaris IV : H. Lumbanraja. SS (Am, Grace)
Padan Nainggolan dengan Siregar
PARPADANAN
SIREGAR DENGAN NAINGGOLAN
Dahulu kala
istri Nainggolan dan istri Siregar sama sama hamil tua dan sama-sama
melahirkanlah mereka. Waktu tiba persalinan bagi kedua sang istri tersebut,
sang suami mereka Nainggolan dan Siregar sedang pergi mencari ikan di tengah
danau toba, mereka berdua belum tahu tentang kelahiran kedua anak mereka itu.
Di siang hari yang cerah, lahirlah anak dari marga nainggolan seorang
laki-laki, kemudian lahir jugalah seorang anak dari istri siregar seorang putri
yang cantik.
Berhubung
karena Siregar ini setiap kali melahirkan, selalu lahir anak perempuan, singkat
cerita, mereka kedua istri tersebut sepakat untuk saling tukar kedua anak yg
lahir itu, begitu mereka menukar anak, jadi anak laki-laki dari Nainggolan
diserahkan ke istri Siregar dan anak perempuan yang dilahirkan istri Siregar
diberikan ke istri Nainggolan. Tetapi begitu mereka tukar pasangan anak itu,
tiba-tiba datanglah sebuah guntur(ronggur) yang kuat, lalu para sang suami yang
sedang mencari ikan terkejut dan bingung, kenapa ada guntur di siang bolong
begini?, mereka kemudian langsung pulang ke darat dan sangat gembira mendengar
kabar anak mereka yang telah lahir.
Mereka begitu gembira karena anak mereka telah lahir dalam keadaan sehat, tapi sang bapak dari Nainggolan heran, tidak mungkin sekali ini anak saya lahir seorang perempuan dan parasnya berbeda. Melihat wajah sang suami (Nainggolan) yang kelihatan curiga, istrinya menjadi ketakutan, tiba-tiba datanglah guntur mengeluarkan suara yang dahsyat, suara guntur tsb membuat perasaan Nainggolan menjadi semakin curiga. Akhirnya istrinya tersungkur dan menyembah suaminya, dan ia langsung mengakui bahwa anak yang diberikan pada suaminya itu bukan anaknya, ia mengakui bahwa telah menukarnya dengan putri dari istri Siregar.
Tidak lama kemudian Nainggolan langsung menyusul ke rumah Siregar dan membawa bayi yang baru dilahirkan itu ke rumah Siregar, melihat hal itu istri Siregar jadi ketakutan dan sebelum dijelaskan, dia sudah tersungkur juga di depan suaminya seperti istri Nainggolan kemudian ia mengakui didepan suaminya.
Mendengar itu Siregar lemas, ternyata anak laki-laki yang ada padanya bukan anaknya. Begitu Nainggolan melihat Siregar tidak berdaya, Nainggolan langsung mengucapkan sumpah(padan) kepada Siregar: ” mulai sadarion, ho siregar, anggikku ma. jala anakmu tung naso jadi mangoli tu boru Nainggolan ala mariboto”. Siregar langsung tersungkur dan ia mengiyakan perkataan Nainggolan tersebut. Jadi dari cerita itulah asal-muasal parpadanan antara Nainggolan & Siregar, sehingga semua Siregar manjou abang tu sude Nainggolan.
Mereka begitu gembira karena anak mereka telah lahir dalam keadaan sehat, tapi sang bapak dari Nainggolan heran, tidak mungkin sekali ini anak saya lahir seorang perempuan dan parasnya berbeda. Melihat wajah sang suami (Nainggolan) yang kelihatan curiga, istrinya menjadi ketakutan, tiba-tiba datanglah guntur mengeluarkan suara yang dahsyat, suara guntur tsb membuat perasaan Nainggolan menjadi semakin curiga. Akhirnya istrinya tersungkur dan menyembah suaminya, dan ia langsung mengakui bahwa anak yang diberikan pada suaminya itu bukan anaknya, ia mengakui bahwa telah menukarnya dengan putri dari istri Siregar.
Tidak lama kemudian Nainggolan langsung menyusul ke rumah Siregar dan membawa bayi yang baru dilahirkan itu ke rumah Siregar, melihat hal itu istri Siregar jadi ketakutan dan sebelum dijelaskan, dia sudah tersungkur juga di depan suaminya seperti istri Nainggolan kemudian ia mengakui didepan suaminya.
Mendengar itu Siregar lemas, ternyata anak laki-laki yang ada padanya bukan anaknya. Begitu Nainggolan melihat Siregar tidak berdaya, Nainggolan langsung mengucapkan sumpah(padan) kepada Siregar: ” mulai sadarion, ho siregar, anggikku ma. jala anakmu tung naso jadi mangoli tu boru Nainggolan ala mariboto”. Siregar langsung tersungkur dan ia mengiyakan perkataan Nainggolan tersebut. Jadi dari cerita itulah asal-muasal parpadanan antara Nainggolan & Siregar, sehingga semua Siregar manjou abang tu sude Nainggolan.
Selasa, 27 Oktober 2015
Legenda Op. Datu Parulas Parultop
LEGENDA
DATU PARULAS PARULTOP
Apr 6, 2014
Pernahkah anda mendengar lokasi keramat Pardagangan
? Didekat kota Pardagangan ada suatu lokasi dengan hutannya yang lebat dan
disana ditemukan banyak orang hutan atau Kera yang dengan setia menanti anda
membawa makanan2 kesenangannya seperti kacang, roti, pisang atau macam-macam
makanan lainnya. Tetapi jangan heran,walau anda bawa makanan kesukaan mereka
ada kalanya Kera itu sama sekali tidak mau memakannya dibiarkannya saja begitu.
Kalau demikian responnya maka menurut kepercayaan orang awam bahwa rezeki anda
masih menjauh. Saya pernah mendapat cerita dari almarhum Udin Purba Siboro
anggota DPRD Simalungun pada tahun 1972 katanya ada seseorang (tidak perlu saya
sebutkan namanya) yang pada suatu ketika mengantarkan sajian makanan kesana.
Gerombolan kera itu dengan lahap menyantapnya. Setetah kejadin itu dia menjadi
kaya raya dan berikutnya dia menjadi penyandang marga SIBORO. Mengapa menjadi
marga Siboro? Bahkan saya yang ketika itu menjadi aktifis mahasiswa Golkar
disarankannya minta semacam restu kesana sebelum bermain di politik yang sama
sekali tidak jadi saya penuhi. Konon di lokasi itu lah moyang beberapa marga
antara lain marga Siboro yaitu DATU PARULAS PARULTOP( DPP) di kuburkan (dibawah
pohon-pohon rindang itu lalu menjadi lokasi kramat yang disebut NAMARTUA-TUA
PARDAGANGAN). Lalu siapa rupanya DPP itu ? Siapa saja orang keturunannya? Kalau
begitu dengarlah cerita berikut ini. Boleh parcaya boleh juga tidak. Cerita ini
saya dengar dari beberapa orang tua kira2 50 tahun yang lalu. Saya susun dalam
bahasa Indonesia supaya mudah dipahami pembaca karena keturunan DPP sendiri
saat ini terdiri dari berbagai sub etnis Batak. Di Toba ada marga Purba atau
Siboro dan Lumbanraja, di Simalungun ada marga Purba Siboro, di Karo ada marga
Tarigan Sibero, di Pakpak ada marga Cibro dengan bahasa daerah nya masin-masing
yang bervariasi.
Simaklah cerita ini.
Pada zaman dahulu kala atau sekitar 450 tahun yang lalu ada seorang dukun terkenal di wilayah Humbang Hasundutan sekarang , namanya DATU PARULAS PARULTOP( DPP). Dia anak laki-laki dari SOMALATE atau Cucunya Guru SOTANGGUAN anak si nomor dua dari si PURBA SIGULANGBATU. Purba Sigulangbatu adalah anak ketiga dari Toga PURBA (Purba , Manalu , Debataraja dan Rambe) , jadi si Purba itu adalah anak sulung dari Toga Simamora.
Sudah menjadi kebiasaan pada zaman dahulu kala seorang dukun baru diakui kehebatannya kalau dia mampu menjelajahi dan menaklukkan kampung-kampung lain untuk tanding kedukunan seraya menunjukkan kemampuannya menaklukkan hutan yang banyak dihuni binatang buas. Jadi tidak jago kandang. Apalagi konon si Datu Parulas mendapat kekuatan juga dari saudara kembarnya sebuah Ultop atau semacam senjata menembak. Dengan itu namanya menjadi DPP. Maka DPP pun pergilah dari kampungnya menuju wilayah Dairi. Dengan menerobos belantara hutan. Tentu tidak mustahil bertemu dengan binatang2 buas seperti Harimau,Ular yang berkuasa di hutan perawan Tele atau kawasan Dolok Ulu Darat. Namun bagi DPP tidak menjadi masalah karena bekal ilmu yang dimilikinya dan senjata ultop itu dia yakini cukup ampuh menghadapinya. Tahan ditikam tahan dipukul dan mampu menaklukkan binatang buas sudah menjadi kelebihannya. Setelah berminggu-minggu lamanya di perjalanan ,DPP tibalah di suatu Desa Lehu/ Tuntungbatu Dairi. Disana DPP kawin dengan wanita lokal dan melahirkan marga Siboro yang selanjutnya dikenal dengan Siboro Tuntungbatu. Konon Siboro dari Tuntungbatu itulah yang merantau ke Aceh Selatan selanjutnya merobah ejaan marga menjadi Cibro (Intonasi bahasa Pakpak atau Aceh ?). Disana dia berkenelan dengan seorang jagoan namanya si Girsang . Maklumlah sesama jagoan tentu saling menyegani lalu marpadan (Berkomitmen) menjadi bersaudara. Setelah anaknya bisa mandiri lalu keluarganya dititip kan disana, dia sambil mengajak si Girsang meneruskan penjelajahannya ke daerah Simalungun. Sesampai di Simalungun dia kawin dengan wanita sana sehingga melahirkan salah satu anak laki2nya yaitu Purba Siboro yang selanjutnya bermukim di Haranggaol. Keturunannya menjadi Tuan atau salah satu Raja/ sohe diantara saudara2 nya Purba lain antara lain Purba Dasuha, Purba Tambak, Tondang dan lain2. Keturunannya menjadi Tuan Siboro dan bermukim disana disuatu desa yakni desa SIBORO GAUNG-GAUNG di Haranggaol. Selanjutnya dia berencana pergi lagi menuju suatu desa yang menurut cerita yang dia dengar bahwa disanalah desa leluhurnya si Raja Batak yaitu di kawasan SIANJUR MULA-MULA di negeri SAGALA. Caranya kesana harus melalui Danau Toba persisnya Tao Silalahi( ketika itu nama itu belum ada) . DPP harus melewati Tao Silalahi dengan ombaknya yang terkenal besar yang harus dilalui dengan perahu kayu/papan yang digerakkan dengan pengayuh kayu namanya HOLE( Mesin belum dikenal pada masa itu). Karena bakal bahaya nya perjalanan, lalu dia berpesan kepada abangnya si Purba Dasuha.
“ Suha “! Katanya memanggil abangnya itu. Saya mau ke kampung moyang kita di kaki Gunung Pusuk Buhit nun jauh disana, bolehkah kau membantu saya” ?
Suha menjawab “Boleh tetapi bagaimana caranya ?
Begini kata DPP “Kalau daun yang tumbuh di pekarangan kita ini layu, datanglah kau ke Desa sana yang dikaki Gunung itu lalu bawalah ramuan ini (Tambar) serta dedaunan ini lalu oleskan lah ke badanku, seraya cambukkan ke badanku.
Lalu katakanlah “Tambar simarubungubung tambar simarabangabang, siparata naung busuk sipangolu naung mate”.
“ Lalu siramkan/ pispihon( Racikkan) ke badan ku “kata DPP mengajari abangnya.
Demikianlan seterusnya DPP pun bertolak dengan sampan itu menuju tujuan dimaksud. Selang beberapa hari sampailah si DPP di negeri SAGALA persisnya di pantai Tulas sekarang. Disitu ada muara sungai Tulas .Dia telusuri jalan sepanjang sungai sampai dia melihat ada perkampungan Negeri SAGALA disana. Tetapi DPP heran sepertinya tidak ada tanda2 kehidupan di negeri leluhur si Raja Batak itu. Yang dia tahu marga penghuninya adalah salah satu anak Guru Tatea Bulan , namanya SAGALA RAJA. Dia mendekat ke rumah bolon yang ada di desa itu. Sontak penghuni rumah itu bergembira mendengar ada orang berani di luar rumah.
“Horas Tulang kata DPP”? Kata DPP menyapa.
“ Siapa namamu amang, aha margamu,sian dia hutam “ kata keluarga Sagala Raja yang dirundung ketakutan itu.
“Saya DATU PARULAS PARULTOP anak ni Si Purba Sigulangbatu. Kenapa kalian tidak berani
keluar rumah Tulang “kata DPP.
“Sudah satu minggu kami tidak berani keluar rumah amang karena ada babi hutan liar dan
ganas. Suka mengejarngejar kami. Sahutnya.
“ Ahhhhhhhh…… itu gampang Tulang. Bisa kulawan itu. Tapi begini Tulang, kalau bisa
kumatikan binatang itu dengan ultop ku ini, apa balas jasaku Tulang “ katanya dengan
sopan.
Si Sagala Raja dengan disaksikan para keluarga di kampung itu menjawab “ Ada tujuh anakku perempuan, pilih lah satu menjadi istrimu.
“ Baiklah Tulang,tetapi dari mana kami makan, apa pencaharian kami Tulang “katanya.
“Ambil tanah negeri ini sejauh jangkauan tembakan peluru ultopmu itu” katanya.
“ Mauliate Tulang “katanya.
Sebelum ke pertarungan itu lalu DPP pun memberi amanah kepada Tulangnya;
“ Begini Tulang, kalau saya mati atau luka biarkanlah,jangan dijamah atau dikuburkan
sampai menunggu abangku datang” kata DPP.
Setelah sepakat maka keluarga Sagala Raja sudah dapat tidur dengan nyenak karena DPP sudah berlaku seperti SATPAM di halaman kampung itu. Suatu malam yang sepi Babi Hutan ganas yang di nanti2 itu pun muncul dari kejauhan. Matanya dengan mata DPP saling beradu, sama2 tajam. Si Babi hutan lalu menyerbu DPP. DPP menembak nya tapi tidak mempan lalu terjadi pergumulan di malam yang gelap itu. DPP dengan perkasa berhasil mengekang rahang babi itu tetapi si DPP pun terhempas berkali-kali. Terjadi pertarungan berdarah di tempat yang gelap gulita. Keluarga Sagala Rajapun terbangun seraya dengan cemas mengintip pergumulan seru itu di malam sepi itu. Lalu hening, kayaknya keduanya tidak bernyawa lagi. Mereka membawa suluh dan lampu teplok melihat kejadian sebenarnya. Si DPP sudah tergeletak tetapi babi hutan itu juga sudah mati karena rahangnya telah sobek. Lalu seperti janji semula, bangkai si DPP mereka biarkan lalu Babinya mereka kuburkan.
Di Haranggaol, di kampung abangnya si Dasuha pada malam kejadian para anjing pada menggonggong . Auanggggggg …….auanggggggg….! gonggongnya sampai mengganggu tidur si Dasuha. Dasuha keluar rumah pada malam yang gelap gulita itu. Dia lihat daun tanaman/ Bunga2 di pekarangannya sudah layu. Dia teringat akan pesan adeknya si DPP.” Wah……. si DPP sudah celaka” pikirnya. Pagi harinya dia bergegas menuju solunya lalu bergerak menuju Kampung di kaki Gunung Pusuk Buhit. Dia mendarat di Tulas yang ketika itu tanpa penghuni. Dia telusuri binanga (Sungai Tulas) maka tibalah dia di Desa Huta Bagas Negeri Sagala. Diperkenalkan dirinya si Dasuha abanganda si DPP. Tidak berlama-lama ngobrol dengan Raja Huta itu lantas tambar yang dia bawa dioleskan seraya mengucapkan mantera “ Tambar simarubungubung tambar simarabangabang siparata naung busuk sipangolu naung mate, mangolu…..mangolu” katanya. Si DPP lalu siuman dan menjadi sehat walafiat. Si DPP dan si Dasuha lalu dipestakan di kampung itu seraya akan memenuhi janjinya atas lahan dan anak perempuannya yang akan diperistri DPP. Sambil acara ogung sabangunan lantas si DPP lalu disuruh memilih satu dari antara tujuh putri nan jelita itu.Menurut cerita itu si DPP bingung memilih dari aspek kecantikan. Lalu DPP menyuruh ketujuh gadis itu melewati suatu sungai di desa itu. Si putri sulung duluan menyeberangi sungai itu. Si putri sulung sampai dengan putri ke enam pada setiap menyeberangi sungai selalu mengangkat rok nya sampai diatas lutut agar roknya tidak sampai basah. Tetapi si putri bungsu pada giliran berikutnya( terakhir) sama sekali tidak mengangkat roknya.” Ketimbang pahaku kelihatan lebih baik ujung rokku basah” pikirnya. Si DPP pun sontak bergembira. Selesai si Bungsu menyeberangi DPP memperhatikan dengan seksama. Selain lebih sopan, yang paling cantik lagi” pikir Si DPP. Tanpa pikir panjang si DPP lantas memilih si Bungsu menjadi Istrinya. Kemudian berlanjut ke janji lain yakni lahan yang akan menjadi miliknya. Si DPP disuru menembakkan ultopnya. Setelah si DPP menembakkannya lalu mereka carilah sampai dimana peluru ultopnya itu. Ternyata cukup jauh maka hampir seperempat dari luas lahan negeri Sagala menjadi milik par boruonna si DPP itu. Sedangkan si Dasuha mengingat jasanya , dia diberi atau mendapat status hak wulayat di desa Siboro (DPP) dan dinobatkan sebagai anak sulung di kalangan turunan DPP.Menurut silsilahnya dari br Sagala, DPP mendapat tiga anak laki2 dan beberapa perempuan. Anak laki2 adalah (1) Siboro Sibangundongoron, (2) Siboro Ompu Ni Arga dohot (3) Siboro Pangaribuan. Alai dietong mai jadi opat ala si Dasuha dinobatkan sebagai hahani uhum. Si Dasuha menjadi disebut Siboro Suha. Di Negeri Sagala saat ini ada empat bius, tiga bius dari marga Sagala, satu bius adalah marga Siboro. Wakilnya Siboro di bius itu dihunjuk SIBORO SUHA . Walau SUHA adalah hahani uhumtetapi dia disepakati sebagai mengwakili bius Siboro. Anak perempuan dari DPP konon ada yang menjadi istri dari keturunan berikutnya hula2nya Sagala Raja sehingga saat ini Sagala dan Siboro saling marhula-hula saling marboru diantara mereka. Perlu diketahui bahwa dikemudian hari turunan anak DPP itu menyebar di Samosir, Sibangundongoron banyak bermukim di Sihorbohorbo Urat, di Ronggur ni huta dan di Negeri Gultom ,Galungan dsb sementara Op Niarga menyebar ke Bonandolok, Rianiate ,Sidikalang dsb. Turunan Siboro Pangaribuan sangat sedikit dan tinggal di Desa Siboro.
Baiklah kita lanjutkan cerita si DPP. Setelah anaknya besar dan berumah tangga di desa Siboro Negeri Sagala, selanjutnya si DPP mengembara ke Pulau Samosir.Dia kepingin menjumpai Tulangnya keturunan si Raja Lontung (Ingat bahwa simamora adalah boru dari si Raja Lontung si sia marina pasia boruna Sihombing Simamora). Hatinya berlabuh di huta Nainggolan ( Ujung selatan) Pulau Samosir. Konon disana dia terlibat cinta gelap dengan salah seorang putri Raja Nainggolan baru tulangnya ( Maaf bahwa tentang ini ada cerita versi lain dari Lumbanraja, tetapi apa salahnya saya ceritakan cerita versi kami di desa Siboro yang diceritakan turun temurun). Entah kenapa Raja Nainggolan tidak berkenan putrinya itu dikawini si DPP. Tetapi apa lacur, mereka sudah terlanjur dan si putripun sudah mengandung tanpa dikehendaki. Si DPP pun diusir dari sana. Walau dia seorang dukun besar tetapi rasa hormatnya ke Tulangnya Nainggolan tetap dianutnya sehingga dia menghindar dan menyeberang ke Bakkara lalu pulang kampung ke Humbang. Anak yang di kandung boru Nainggolanpun kemudian lahir sepeninggal Bapanya si DPP. Anak itu di paraja Nainggolan sehingga disebutlah dia Si Lumban Raja. Lama kelamaan ditabalkan menjadi Nainggolan LumbanRaja.
Simaklah cerita ini.
Pada zaman dahulu kala atau sekitar 450 tahun yang lalu ada seorang dukun terkenal di wilayah Humbang Hasundutan sekarang , namanya DATU PARULAS PARULTOP( DPP). Dia anak laki-laki dari SOMALATE atau Cucunya Guru SOTANGGUAN anak si nomor dua dari si PURBA SIGULANGBATU. Purba Sigulangbatu adalah anak ketiga dari Toga PURBA (Purba , Manalu , Debataraja dan Rambe) , jadi si Purba itu adalah anak sulung dari Toga Simamora.
Sudah menjadi kebiasaan pada zaman dahulu kala seorang dukun baru diakui kehebatannya kalau dia mampu menjelajahi dan menaklukkan kampung-kampung lain untuk tanding kedukunan seraya menunjukkan kemampuannya menaklukkan hutan yang banyak dihuni binatang buas. Jadi tidak jago kandang. Apalagi konon si Datu Parulas mendapat kekuatan juga dari saudara kembarnya sebuah Ultop atau semacam senjata menembak. Dengan itu namanya menjadi DPP. Maka DPP pun pergilah dari kampungnya menuju wilayah Dairi. Dengan menerobos belantara hutan. Tentu tidak mustahil bertemu dengan binatang2 buas seperti Harimau,Ular yang berkuasa di hutan perawan Tele atau kawasan Dolok Ulu Darat. Namun bagi DPP tidak menjadi masalah karena bekal ilmu yang dimilikinya dan senjata ultop itu dia yakini cukup ampuh menghadapinya. Tahan ditikam tahan dipukul dan mampu menaklukkan binatang buas sudah menjadi kelebihannya. Setelah berminggu-minggu lamanya di perjalanan ,DPP tibalah di suatu Desa Lehu/ Tuntungbatu Dairi. Disana DPP kawin dengan wanita lokal dan melahirkan marga Siboro yang selanjutnya dikenal dengan Siboro Tuntungbatu. Konon Siboro dari Tuntungbatu itulah yang merantau ke Aceh Selatan selanjutnya merobah ejaan marga menjadi Cibro (Intonasi bahasa Pakpak atau Aceh ?). Disana dia berkenelan dengan seorang jagoan namanya si Girsang . Maklumlah sesama jagoan tentu saling menyegani lalu marpadan (Berkomitmen) menjadi bersaudara. Setelah anaknya bisa mandiri lalu keluarganya dititip kan disana, dia sambil mengajak si Girsang meneruskan penjelajahannya ke daerah Simalungun. Sesampai di Simalungun dia kawin dengan wanita sana sehingga melahirkan salah satu anak laki2nya yaitu Purba Siboro yang selanjutnya bermukim di Haranggaol. Keturunannya menjadi Tuan atau salah satu Raja/ sohe diantara saudara2 nya Purba lain antara lain Purba Dasuha, Purba Tambak, Tondang dan lain2. Keturunannya menjadi Tuan Siboro dan bermukim disana disuatu desa yakni desa SIBORO GAUNG-GAUNG di Haranggaol. Selanjutnya dia berencana pergi lagi menuju suatu desa yang menurut cerita yang dia dengar bahwa disanalah desa leluhurnya si Raja Batak yaitu di kawasan SIANJUR MULA-MULA di negeri SAGALA. Caranya kesana harus melalui Danau Toba persisnya Tao Silalahi( ketika itu nama itu belum ada) . DPP harus melewati Tao Silalahi dengan ombaknya yang terkenal besar yang harus dilalui dengan perahu kayu/papan yang digerakkan dengan pengayuh kayu namanya HOLE( Mesin belum dikenal pada masa itu). Karena bakal bahaya nya perjalanan, lalu dia berpesan kepada abangnya si Purba Dasuha.
“ Suha “! Katanya memanggil abangnya itu. Saya mau ke kampung moyang kita di kaki Gunung Pusuk Buhit nun jauh disana, bolehkah kau membantu saya” ?
Suha menjawab “Boleh tetapi bagaimana caranya ?
Begini kata DPP “Kalau daun yang tumbuh di pekarangan kita ini layu, datanglah kau ke Desa sana yang dikaki Gunung itu lalu bawalah ramuan ini (Tambar) serta dedaunan ini lalu oleskan lah ke badanku, seraya cambukkan ke badanku.
Lalu katakanlah “Tambar simarubungubung tambar simarabangabang, siparata naung busuk sipangolu naung mate”.
“ Lalu siramkan/ pispihon( Racikkan) ke badan ku “kata DPP mengajari abangnya.
Demikianlan seterusnya DPP pun bertolak dengan sampan itu menuju tujuan dimaksud. Selang beberapa hari sampailah si DPP di negeri SAGALA persisnya di pantai Tulas sekarang. Disitu ada muara sungai Tulas .Dia telusuri jalan sepanjang sungai sampai dia melihat ada perkampungan Negeri SAGALA disana. Tetapi DPP heran sepertinya tidak ada tanda2 kehidupan di negeri leluhur si Raja Batak itu. Yang dia tahu marga penghuninya adalah salah satu anak Guru Tatea Bulan , namanya SAGALA RAJA. Dia mendekat ke rumah bolon yang ada di desa itu. Sontak penghuni rumah itu bergembira mendengar ada orang berani di luar rumah.
“Horas Tulang kata DPP”? Kata DPP menyapa.
“ Siapa namamu amang, aha margamu,sian dia hutam “ kata keluarga Sagala Raja yang dirundung ketakutan itu.
“Saya DATU PARULAS PARULTOP anak ni Si Purba Sigulangbatu. Kenapa kalian tidak berani
keluar rumah Tulang “kata DPP.
“Sudah satu minggu kami tidak berani keluar rumah amang karena ada babi hutan liar dan
ganas. Suka mengejarngejar kami. Sahutnya.
“ Ahhhhhhhh…… itu gampang Tulang. Bisa kulawan itu. Tapi begini Tulang, kalau bisa
kumatikan binatang itu dengan ultop ku ini, apa balas jasaku Tulang “ katanya dengan
sopan.
Si Sagala Raja dengan disaksikan para keluarga di kampung itu menjawab “ Ada tujuh anakku perempuan, pilih lah satu menjadi istrimu.
“ Baiklah Tulang,tetapi dari mana kami makan, apa pencaharian kami Tulang “katanya.
“Ambil tanah negeri ini sejauh jangkauan tembakan peluru ultopmu itu” katanya.
“ Mauliate Tulang “katanya.
Sebelum ke pertarungan itu lalu DPP pun memberi amanah kepada Tulangnya;
“ Begini Tulang, kalau saya mati atau luka biarkanlah,jangan dijamah atau dikuburkan
sampai menunggu abangku datang” kata DPP.
Setelah sepakat maka keluarga Sagala Raja sudah dapat tidur dengan nyenak karena DPP sudah berlaku seperti SATPAM di halaman kampung itu. Suatu malam yang sepi Babi Hutan ganas yang di nanti2 itu pun muncul dari kejauhan. Matanya dengan mata DPP saling beradu, sama2 tajam. Si Babi hutan lalu menyerbu DPP. DPP menembak nya tapi tidak mempan lalu terjadi pergumulan di malam yang gelap itu. DPP dengan perkasa berhasil mengekang rahang babi itu tetapi si DPP pun terhempas berkali-kali. Terjadi pertarungan berdarah di tempat yang gelap gulita. Keluarga Sagala Rajapun terbangun seraya dengan cemas mengintip pergumulan seru itu di malam sepi itu. Lalu hening, kayaknya keduanya tidak bernyawa lagi. Mereka membawa suluh dan lampu teplok melihat kejadian sebenarnya. Si DPP sudah tergeletak tetapi babi hutan itu juga sudah mati karena rahangnya telah sobek. Lalu seperti janji semula, bangkai si DPP mereka biarkan lalu Babinya mereka kuburkan.
Di Haranggaol, di kampung abangnya si Dasuha pada malam kejadian para anjing pada menggonggong . Auanggggggg …….auanggggggg….! gonggongnya sampai mengganggu tidur si Dasuha. Dasuha keluar rumah pada malam yang gelap gulita itu. Dia lihat daun tanaman/ Bunga2 di pekarangannya sudah layu. Dia teringat akan pesan adeknya si DPP.” Wah……. si DPP sudah celaka” pikirnya. Pagi harinya dia bergegas menuju solunya lalu bergerak menuju Kampung di kaki Gunung Pusuk Buhit. Dia mendarat di Tulas yang ketika itu tanpa penghuni. Dia telusuri binanga (Sungai Tulas) maka tibalah dia di Desa Huta Bagas Negeri Sagala. Diperkenalkan dirinya si Dasuha abanganda si DPP. Tidak berlama-lama ngobrol dengan Raja Huta itu lantas tambar yang dia bawa dioleskan seraya mengucapkan mantera “ Tambar simarubungubung tambar simarabangabang siparata naung busuk sipangolu naung mate, mangolu…..mangolu” katanya. Si DPP lalu siuman dan menjadi sehat walafiat. Si DPP dan si Dasuha lalu dipestakan di kampung itu seraya akan memenuhi janjinya atas lahan dan anak perempuannya yang akan diperistri DPP. Sambil acara ogung sabangunan lantas si DPP lalu disuruh memilih satu dari antara tujuh putri nan jelita itu.Menurut cerita itu si DPP bingung memilih dari aspek kecantikan. Lalu DPP menyuruh ketujuh gadis itu melewati suatu sungai di desa itu. Si putri sulung duluan menyeberangi sungai itu. Si putri sulung sampai dengan putri ke enam pada setiap menyeberangi sungai selalu mengangkat rok nya sampai diatas lutut agar roknya tidak sampai basah. Tetapi si putri bungsu pada giliran berikutnya( terakhir) sama sekali tidak mengangkat roknya.” Ketimbang pahaku kelihatan lebih baik ujung rokku basah” pikirnya. Si DPP pun sontak bergembira. Selesai si Bungsu menyeberangi DPP memperhatikan dengan seksama. Selain lebih sopan, yang paling cantik lagi” pikir Si DPP. Tanpa pikir panjang si DPP lantas memilih si Bungsu menjadi Istrinya. Kemudian berlanjut ke janji lain yakni lahan yang akan menjadi miliknya. Si DPP disuru menembakkan ultopnya. Setelah si DPP menembakkannya lalu mereka carilah sampai dimana peluru ultopnya itu. Ternyata cukup jauh maka hampir seperempat dari luas lahan negeri Sagala menjadi milik par boruonna si DPP itu. Sedangkan si Dasuha mengingat jasanya , dia diberi atau mendapat status hak wulayat di desa Siboro (DPP) dan dinobatkan sebagai anak sulung di kalangan turunan DPP.Menurut silsilahnya dari br Sagala, DPP mendapat tiga anak laki2 dan beberapa perempuan. Anak laki2 adalah (1) Siboro Sibangundongoron, (2) Siboro Ompu Ni Arga dohot (3) Siboro Pangaribuan. Alai dietong mai jadi opat ala si Dasuha dinobatkan sebagai hahani uhum. Si Dasuha menjadi disebut Siboro Suha. Di Negeri Sagala saat ini ada empat bius, tiga bius dari marga Sagala, satu bius adalah marga Siboro. Wakilnya Siboro di bius itu dihunjuk SIBORO SUHA . Walau SUHA adalah hahani uhumtetapi dia disepakati sebagai mengwakili bius Siboro. Anak perempuan dari DPP konon ada yang menjadi istri dari keturunan berikutnya hula2nya Sagala Raja sehingga saat ini Sagala dan Siboro saling marhula-hula saling marboru diantara mereka. Perlu diketahui bahwa dikemudian hari turunan anak DPP itu menyebar di Samosir, Sibangundongoron banyak bermukim di Sihorbohorbo Urat, di Ronggur ni huta dan di Negeri Gultom ,Galungan dsb sementara Op Niarga menyebar ke Bonandolok, Rianiate ,Sidikalang dsb. Turunan Siboro Pangaribuan sangat sedikit dan tinggal di Desa Siboro.
Baiklah kita lanjutkan cerita si DPP. Setelah anaknya besar dan berumah tangga di desa Siboro Negeri Sagala, selanjutnya si DPP mengembara ke Pulau Samosir.Dia kepingin menjumpai Tulangnya keturunan si Raja Lontung (Ingat bahwa simamora adalah boru dari si Raja Lontung si sia marina pasia boruna Sihombing Simamora). Hatinya berlabuh di huta Nainggolan ( Ujung selatan) Pulau Samosir. Konon disana dia terlibat cinta gelap dengan salah seorang putri Raja Nainggolan baru tulangnya ( Maaf bahwa tentang ini ada cerita versi lain dari Lumbanraja, tetapi apa salahnya saya ceritakan cerita versi kami di desa Siboro yang diceritakan turun temurun). Entah kenapa Raja Nainggolan tidak berkenan putrinya itu dikawini si DPP. Tetapi apa lacur, mereka sudah terlanjur dan si putripun sudah mengandung tanpa dikehendaki. Si DPP pun diusir dari sana. Walau dia seorang dukun besar tetapi rasa hormatnya ke Tulangnya Nainggolan tetap dianutnya sehingga dia menghindar dan menyeberang ke Bakkara lalu pulang kampung ke Humbang. Anak yang di kandung boru Nainggolanpun kemudian lahir sepeninggal Bapanya si DPP. Anak itu di paraja Nainggolan sehingga disebutlah dia Si Lumban Raja. Lama kelamaan ditabalkan menjadi Nainggolan LumbanRaja.
Si DPP dari pulang kampung ke Humbang lalu
mengembara juga ke arah Pakkat/Parlilitan. Suatu ketika dia melamar seorang
gadis dari Raja Huta Simbolon. Dia perkenalkan bahwa dia bernama DPP . Merantau
kesini dari Nainggolan. ” Disana juga saya sudah kawin” katanya tanpa sungkan
karena pada zaman itu poligami adalah sesuatu yang biasa. Pendek cerita si DPP
pun kawin lagi disana dengan boru Simbolondan lahir lah beberapa keturunan
disana seperti Pusuk,Buaton ,Mahulae dsb. Setelah itu dia meninggalkan tempat
itu lalu mengulangi lagi perjalannya ke Tuntung Batu ,ke Sagala dan ke
Haranggaol sampai dia berada pada pusaran kekuasaan Raja2 di Simalungun. Di
Simalungun ,kisahnya tidak terekam lagi selama pengembaraannya yang berulang
itu, kecuali pada akhirnya dia diyakini dikuburkan di Lokasi KramatPardagangan
Simalungun.
Dulu saya tanya Udin Purba, tokoh Soksi Simalungun
“ Saya tahu kramat Pardagangan itu di kampung kita Desa Siboro tapi saya ragu
karena menurut logikaku dia cocoknya dikebumukan di kawasan Humbang”? Beliau
katakan “memang benar asalnya si DPP disana tapi dia sangat dihormati di
Simalungun karena jasanya ke Penguasa Damanik jauh lebih hebat dari ketika dia
di Negeri Sagala. Juga penguasa ulayat belakangan ini yakni Sinaga juga
mendapat hak itu dari Sinaga. Semua marga2 penguasa ulayat di Simalungun
mempunyai kekerabatan yang tinggi sehingga turunan si Raja Purba sangat
dihormati dan mempunyai kerajaan di Simalungun ini “katanya. Maka mungkin
karena kekerabatan Raja2 Simalungun itulah , dia mendapat hak dimakamkan
disana. Kalau ingin tahu, silahkan jalan2 kesana tapi jangan lupa membawa
hassang dan pisang kesukaannya.Seperti kepercayaan par malim katakan bahw
manusia yang telah mati dapat menjelma pada makluk hidup yang lain seperti
Pohon, Binatang yang berinteraksi dengan jasad itu. Saya sebagai penganut
Kristiani menilai cerita ini sebagai budaya saja dan jauh dari suatu
kepercayaan walau ada juga benang merahnya dari segi iman Katolik yang saya
anut. Terima kasih. Sekali lagi maaf kalau isi cerita ini tidak berkenaan untuk
anda. Botima …….Horas ( Editor RES)
Info Khusus Pusuk dan Humbahas Sekitarnya
Selasa,
18 Januari 2011
Kurang
lebih 550 tahun yang silam atau sekitar tahun 1560, seorang pemuda yang bernama
DPP yang berasal dari Samosir keturunan marga Nainggolan. Tanpa rencana dan
tanpa disadari akhirnya beliau tiba di Parlilitan tepatnya daerah Sionom Hudon.
Kesehariannya aktifitas beliau adalah marultop (berburu burung, babi hutan dan
binatang-binatang lainnya , ultop terbuat dari bambu yang kemudian
ditiup) di hutan. Hari demi hari kegiatannya marultop hingga tanpa disadari
telah sampai di kawasan hutan belukar Parlilitan. Sesampainya di Parlilitan,
pertama sekali dia berada di wilayah pertanian dan ada sebuah gubuk milik
petani. Begitu melihat gubuk, dia tidak langsung masuk, tetapi hanya mengamati
dari jauh, dan kondisi DPP saat itu tanpa pakaian yang lengkap karena sudah
lama di hutan dan tidak pernah kembali ke rumah dan beliau juga memiliki banyak
hasil buruan seperti burung dan babi hutan pada saat itu. Suatu ketika DPP
melihat penghuni gubuk berangkat ke ladang, disitulah DPP masuk ke gubuk,
dan digubuk itulah dia menyantap hasil buruan juga memakai pakaian yang ada di
gubuk tersebut. Kalau sudah sore DPP meninggalkan gubuk tersebut karena dia
mengira bahwa penghuni sudah akan kembali ke pondok. Sesampainya digubuk,
penghuni merasa heran karena ada daging hasil buruan yang ditinggal DPP, serta
letak pakaian mereka berubah tempat, karena selama di gubuk DPP memakai pakaian
yang ada disitu, ketika kembali ke hutan dia meninggalkan pakaian tersebut.
Penghuni gubuk adalah marga Simbolon dan memiliki putri. Walopun Simbolon
merasa ada yang berubah tetapi dia tetap beranggapan positif tentang hal
tersebut. Demikianlan yang terjadi antara mereka selama beberapa hari, tidak
saling tahu antara DPP dan Simbolon.
Pada suatu ketika, DPP tertidur digubuk hingga Simbolon kembali ke gubuk dan
memergokinya, akhirnya mereka ketemu, dan DPP menyuruh mereka agar jangan masuk
dulu, karena dia mau keluar dan merasa malu karena tanpa pakaian. Dan akhirnya
merekapun pergi menjauh hingga DPP meninggalkan gubuk. Dan tak lama kemudian
akhirnya mereka bertemu kembali dan berkenalan saling mengetahui asal usul
mereka sehingga mereka menjadi dekat satu sama lain. Pada masa itu di daerah
tersebut sering terjadi perang antar daerah, termasuk Simbolon juga sering
terlibat. Kemudian simbolon menawarkan agar DPP bisa ikut membantu, dan mereka
berjanji kalau mereka menang maka putrinya akan dinikahkan dengan DPP. Perang
pun terjadi dan dimenangkan mereka (DPP) dan akhirnya DPP dinikahkan dengan
putri Simbolon, dan mereka pun membentuk keluarga dan memiliki keturunan yaitu
Pusuk, Buaton Mahulae.
Semasa hidupnya DPP dikenal masyarakat adalah orang yang cerdik, pintar, dan
sering bertualang dan berburu (marultop) ke daerah lain, dan DPP menikah hingga
9 kali.
1. Istri
Pertama Boru Simbolon
Keturunan dengan Boru Simbolon adalah
1. Tuan Panalingan
2. Mogok Kualu
3. Tuan Appir
4. Boru Sumangge
5. Boru Nahunik
3 putra
dan 2 putri, anak 1 s/d 3 putra dan 4,5 adalah putri. Hari berjalan demi hari
dan tahun berjalan demi tahun. Anak-anaknya pun sudah besar dan kebetulan di
depan rumah mereka adah pohon Utte(Jeruk). Boru sumangge termasuk putri
yang cerdas dan baek terhadap saudara2 nya. Dan pada suatu ketika boru Sumangge
memanjat pokok jeruk dan menawarkan kepada saudara laki2 nya. Pertama dia
menawarkan kepada abang pertama, Yang mana Jeruk yang kamu mau? Tuan Panalingan
menjawab ambillah yang di pucuk, lalu dia mengambil sambil berkata mulai hari
ini margamu marga Pusuk. Kemudian untuk Mogok Kualu, dan dia menjawab Buatma
lomo ni roham(ambillah yang kamu mau),lalu jeruk diambil sambil berkata mulai
hari ini margamu marga Buaton, dan untuk abangnya yang ketiga yaitu Tuan Appir,
dia menjawab buatma mahulaepe taho, artinya ambillah seperti abang juga, dan
dia berkata mulai hari ini margamu marga Mahulae. Inilah asal mula terjadinya
Marga Pusuk Buaton, Mahulae yang berada di daerah Pusuk Parlilitan.
Boru Sumangge menikah dengan Marga Hasugian si Raja Tunggal. Dan Boru nahunik
tidak menikah dan sampai saat ini menjadi sisombaon di dolok Somaila (gunung).
Tuan Panalingan menikah dengan boru Sihotang Simarsoit dari Dairi, dan
keturunannya adalah semua marga Pusuk yang ada di Dunia ini. Mogok Kualu juga
menikah dengan Sihotang Simarsoit, dan keturunanya adalah semua Marga Buaton
yang ada di dunia ini, dan Tuan Appir 2 kali menikah, istri pertama boru
Sihotang Simarsoit dan kedua Boru Simanullang.
2. Istri kedua DPP adalah Boru Tinanjungan dan
keturunanya Tajut
3. Istri Ketiga dari Toba yaitu Boru Manurung,
keturunannya Talusuk dan Toga Sahata
4. Istri Keempat Boru manurung, keturunannya Sabungan
Raja dan Guru Tinandangan
5. Istri kelima (info kurang lengkap), keturunanya
Guru Tinanjungan dan Raja Bonan Dolok
6. Istri Ke- 6 Boru Limbong keturunannya Raja Tomuan
dan Raja Sinomba
7. Istri Ke-7 dari tanah Karo Boru Jabat (Janda),
keturunanya Siboro DPP dan Purba DPP
8. Istri Ke-8 adalah Boru Silalahi (Janda),
keturunanya Tarigan DPP
9. Istri Ke-9 adalah Boru Manik dari Simalungun
(Janda), keturunannya adalah Girsang
Khusus untuk marga Siboro DPP, Purba DPP dan Tarigan DPP yaitu dari
istri ke 7,8 dan 9 . DPP menikahi istri-istrinya( istri ke 7,8,9) yang notabene
sudah janda. Marga Siboro, Purba, dan Tarigan sudah ada sebelumnya yaitu dari
suami sebelum DPP. Dan hasil perkawinan DPP dengan istri ke 7,8,9 adalah marga
Siboro DPP, Purba DPP dan Tarigan DPP
DPP tiada hari tanpa bertualang (marultop dan perang), dan perjalanan
terakhirnya di daerah Perdagangan. Pada saat itu juga terjadi perang di daerah
tersebut, DPP salah salah satunya pemimpin perang. Beliau sering bersembunyi di
pokok beringin (Hariara), salah satu kesaktiannya adalah mampu bertahan hidup
walaupun tidak makan dan minum hingga berbulan-bulan. Daerah Simalungun
tepatnya daerah Perdagangan adalah perang terakhir keterlibatannya, dan saat
itu perang sangat sengit, beliau pun sering bersembunyi di Goa tepatnya di bawah
Pokok hariara tersebut. Karena sudah berbulan-bulan bersembunyi di Goa
tersebut, hingga akar Beringin menutupi goa dan DPP tertutup di dalamnya dan
akhirnya meninggal. Daerah tersebut sekarang menjadi tempat yang sering
dikunjungi para pejiarah yaitu perbatasan Lima puluh dengan Perdagangan. Bahkan
ada yang mengtakan bahwasaannya DPP sebenarnya lebih sakti dari
Sisingamanagaraja
DPP lah sebagai tokoh atau pendiri yang membawakan marga Nainggolan
Lumban Raja yang di dunia ini.
Metode
Penulisan : wawancara dengan berbagai
sumber ( diantaranya Op. Randhy Buaton dan Pak Ester Mahulae)
Keyword
: DPP, Datu Parulas Parultop, Pusuk, Buaton, Mahulae, Nainggolan, Lumban Raja
Mohon
saran dan kritik bila ada kesalahan dan kekurangan demi kesempurnaan sejarah
tentang DPP
Mr. B
Warta Renovasi Tugu
Selasa, 27 Oktober 2015
KONGSI LUMBAN RAJA
SEJARAH SINGKAT KONGSI
LUMBAN RAJA
AWAL PEMBANGUNAN TUGU TOGA SAHATA
Nenek moyang kita Toga Sahata menikah dengan Si Boru Marjulonggo
Boru Hutapea, yaitu borunya ompu Raja Bona Ni Onan Hutapea dari Lumban Sioa
Laguboti dan tinggal di Harian Nainggolan
Pada bulan September 1921, Parrajoan Ompu Onan Hutapea datang
berkunjung ke Harian Samosir Tapanuli Utara. Maksud kedatangannya untuk memupuk
Silaturahmi antara Parrajaon dengan Parboruon, dan kedatangannya disambut baik
oleh Pomparan Toga Sahata Lumbanraja yang ada di Harian Nainggolan.
Kesempatan itu dimanfaatkan Parrajaon Hutapea dari Lumban Sioa untuk
memberikan dorongan kepada Penatua-Penatua Adat Lumbanraja membentuk satu
kumpulan yang kemudian disepakati dan disetujui oleh Penatua-Penatua dan diberi
nama KONGSI LUMBANRAJA.
Pemikiran itu dilatarbelakangi bahwa sudah sejak dahulu nenek moyang
Lumbanraja telah mendirikan satu Rumah
Parsantian, tempat menyimpan barang-barang pusaka seperti: Ogung, Ultop,
Rumbi, Debata Idup, dll. Di samping itu, rumah parsantian ini juga dipakai oleh
Pomparan Toga Sahata untuk memanjatkan doa kepada Tuhan.
Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, Rapat Pengurus dan Anggota
Kongsi Lumbanraja sepakat membangun Monumen/Tugu Lumbanraja Toga Sahata sebagai
symbol pemersatu seluruh keturunannya baik yang berada di Bona Pasogit maupun
di tano parserahan (perantauan).
Maka pada tahun 1973 diputuskan dan disepakati untuk membangun Tugu
Parsadaan dimaksud. Peresmian tugu dilaksanakan pada tanggal 21 April 1974 yang
berkedudukan di Harian Nainggolan Samosir. Peresmian ini dimeriahkan dengan
Gondang Batak dan “Mangaliat Horbo” di alaman Rumah Parsantian. Pesta
ini berlangsung selama tiga hari dengan mengundang semua Hula-hula dan yang
berkepentingan.
Struktur bangunan Tugu Lumbanraja Toga Sahata dibuat dari plat besi
baja yang tingginya kurang lebih 15 meter, dan dipuncak Tugu dibentuk gambar
tangan berdo’a, mendoakan semua pomparannya agar tetap SAHATA SAOLOAN, MADUMA
DAN MAMORA, SAUR MATUA DAN MAULI BULUNG.
Seiring dengan berjalannya waktu, Tugu Lumbanraja Toga Sahata pun semakin tua dimakan usia.
Plat besi berkarat, posisinya sudah dibawah jalan raya, pekarangannya tidak terawat,
bentuknya sudah miring. Intinya: sangat memprihatinkan. Barangkali,
satu-satunya tugu yang memprihatinkan di sekeliling Samosir Tugu Lumbanraja
Toga Sahata.
Karena itu, ide merenovasi tugu tersebut dicetuskan di Medan, dan
diinformasikan kepada semua keturunan Lumbanraja Toga Sahata dimanapun mereka
berada. Kita semua yakin bahwa renovasi ini bisa berjalan dengan baik karena
berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (Tampakna Do Tajomna, Rim ni Tahi Do
Gogo Na).
Total dana yang dibutuhkan untuk renovasi Tugu tersebut adalah
sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya
(RAB).
Pelaksanaan renovasi tugu akan dilaksanakan di bulan September tahun
2015, dan direncanakan selesai pembangunannya pada bulan Desember 2015.
Maka kami Panitai mengharapkan partisipasi kita semua pomparan ni
Ompunta Lumban Raja Toga Sahata untuk melaksanakan renovasi ini. Mari kita
satukan tekad semua pomparan ni Lumbanraja Toga Sahata untuk merenovasi Tugu ni Ompunta agar dapat berdiri tegak
seperti tugu-tugu lainnya sehingga terlihat hasadaon ni rohanta angka
pomparan ni ompunta Lumbanraja Toga Sahata. Ala tontong hita sahata saoloan.
Firman Tuhan juga berkata di 2 Korint 9 : 7 “Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena
paksaan sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Kiranya Tuhan merestui dan memberkati tekat kebersamaan/hasadaon
kita pomparan ni ompujng kita Lumbanraja Toga Sahata, agar renovasi tugu dimaksud
berjalan dengan lancar dan baik dan sesuai dengan rencana Panitia di awal tahun 2016 Kita akan
mengadakan Pesta Bona Taon atau Syukuran sekaligus Peresmian Tugu Toga Sahata
Lumbanraja dimaksud.
Atas nama seluruh Panitia Renovasi Tugu Lumban Raja Toga Sahata,
serta seluruh seksi-seksinya, atas segala Partisipasi kita semua.
PEPATAH BATAK MENGATAKAN :
Ø BAGOT NA MARHALTO MA NANIAGATAN DI ROBEAN, HORASMA PANITIA
NAMANJALO, MARLIPAT GANDA MA DI HAMU NA MANGALELAN.
Ø BALINTANG MA PAGABE, TUMUN DALHON SITADOAN, ARINTA POMPARAN NI TOGA
SAHATA MA GABE, MOLO TONG HITA MASIPAOLO-OLOAN.
Ø TAMBAR MA BONANA RUGUN DOHOT BULUNG NA HORAS MA HULA-HULANA, SONGONI
MA NANG BORUNA
Ø PAUK-PAUK HUDALI, TU PAGO-PAGO TARUGI NA TADING TAULANI, NA SEGA TAPHULI.
Medan, September 2015
Panitia Renovasi Tugu
Parsadaan Toga Shata Lumbanraja
Mewakili Pengurus
Ketua Pelaksana
( S. Nainggolan
Lumbanraja )
A. Andri
Proposal Natal
PROPOSAL
PERAYAAN NATAL TAHUN 2015
PUNGUAN
LUMBANRAJA TOGA SAHATA
BORU, BERE, IBEBERE
KOTA MADYA MEDAN DAN SEKITARNYA
Thema :
“Haporseai ma Tuhan Jesus,
Asa malua ho dohot isi ni bagasmi.!”
(Apostel 16 : 31.b)
Minggu, 20 Desember 2015
Wisma Taman Sari Indah-Jl. Kapt.
Muslim-Sei. Sikambing-Medan
A. DASAR PEMIKIRAN
Upaya peningkatan mutu/kedewasaan
iman dan usaha menggalang kesatuan dan kebersamaan seluruh Keluarga Anggota
Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan, merupakan
suatu kegiatan yang tidak lepas dari perhatian kita semua, oleh karena itu
perlu adanya suatu kegiatan yang tepat untuk mewujudkannya, salah satu program
yang dimaksud adalah melalui Perayaan Natal yang merupakan Program rutin dwi
tahunan dan sekaligus sebagai pernyataan/ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
segala berkat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah dianugrahkan kepada kita.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Pelaksanaan kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahat Dohot Boru,
Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya dimaksudkan untuk semakin mengenal
satu dengan yang lain serta lebih menyadari bahwa kita adalah satu, dan
bersaudara sehingga kesatuan dan persaudaraan agar tetap diperjuangkan,
disamping itu juga lebih menyadari bahwa kasih persaudaraan yang kita nyatakan adalah
bersumber dari kasih sejati Tuhan yang akan kita dalami melalui Perayaan Natal bersama
ini.
C. KEGIATAN DAN TEMA
KEGIATAN
Kegiatan ini merupakan kegiatan kerohanian berupa Perayaan Natal
Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya, yaitu memperingati
akan kelahiran Sang Juru selamat manusia dengan Thema : “Haporseai ma Jesus, asa malua ho dohot
isi ni bagasmu..!” (Apostel 16 : 31.b) dan Sub Thema : Marhite
Pesta Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere Kota Madya
Medan dan Sekitarnya naeng pahothon haporseaon na si haholongan di bagasan
Mesias simual haluaon.
D. SASARAN DAN TARGET
KEGIATAN
Sasaran pada kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot
Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya adalah seluruh komponen
keluarga yang tergabung dalam Punguan
Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere beserta semua yang hadir dan adapun
target kegiatan adalah diharapkan agar setelah kagiatan Perayaan Natal ini seluruh
peserta yang hadir dapat terus mengembangkan sikap kesatuan, kebersamaan dan kasih
tidak hanya dalam lingkup Anggota Keluarga, bukan pula dalam Punguan Sektor tetapi
meluas sampai di masyarakat dimana kita bedomisili.
E. WAKTU , TEMPAT JADWAL
Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota
Madya Medan dan Sekitarnya dilaksanakan pada
:
Hari/Tanggal : Minggu,
20 Desember 2015
Pukul : 10. 00
Wib s/d selesai
Tempat : Wisma
Taman Sari Indah
Jl. Kapt. Muslim. Sei. Sikambing-Medan
F. PESERTA KEGIATAN
Peserta
kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere,
Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya adalah seluruh anggota keluarga yang
tergabung dalam Punguan Wilayah/Sektor Lumbanraja Toga Sahata yang terdiri dari
Anak, Boru, Bere dan Ibebere serta para undangan
a.) Rencana Pengeluaran
1. Seksi Liturgi/Acara Rp.
2. 500.000,
a. Penyusunan dan penggandaan
Tertib Acara
b. Foto Copy Teks Liturgi dan
Partitur Koor
c. Lilin Besar + Tempat Lilin
d. Spanduk
2. Seksi
Dekorasi/Tempat/Peralatan/Hiburan Rp. 4.500.000,
e. Sound System 5.000 Watt/Mic
f. Keyboard + Sulim + Taganing
g. Transpot Parmusik
3.
Seksi Konsumsi Rp. 18.500.000,
h. Nasi Kotak 700 kotak
i. Lampet
j. Agua Botol
k. Agua Gelas
4.
Seksi Penerima Tamu Rp. 500.000,
l. Pabrikasi Bunga Smart
5. Sekretariat Rp. 1.500.000,
m. Stempel
n. Pengadaan ATK
o. Undangan/Proposal
Total Pegeluaran Rp. 27.500.000,
Terbilang :
Dua puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah
b.) Rencana Pemasukana. Sumbangan PLTS Kota Madya Medan Rp. 5.000.000,b. Tok-tok Ripe Anggota 300 KK, @ Rp. 50.000 Rp. 15.000.000,c. Kolekte Natal Rp. 750.000,d. Sumbangan Bunga Smart Rp. 500.000,e. Donateur/Sponsor Rp. 6.500.000,Total Pemasukan Rp. 27.750.000,Terbilang : Dua puluh tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiahH. PANITIAPelaksana kegiatan Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya ini diserahkan kepada Panitia yang telah dihunjuk/dibentuk melalui hasil rapat dalam Punguan Lumbanraja Toga Sahata Sektor Helvetia Medan dan sekaligus dilantik oleh Penasehat pada hari Minggu, 19 September 2015 dengan Surat Keputusan No : 07/PLTS/VIII/2015 tanggal 30 September 2015 dan dinaungi oleh Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere Kota Madya Medan dan Sekitarnya dengan susunan panitia sebagai berikut :Penaggung jawab : Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, IbebereKota Madya Medan Dan SekitarnyaPenasehat : S. LumbanrajaNy. Dr. M. Lumbanraja br. Sagala (Op. Bonita)Ketua Umum : Pdt. M. Lumbanraja. SE, S.ThKetua I : Dr. A. LumbanrajaKetua II : H. Lumbanraja. SSSekretaris : J.M. LumbanrajaBendahara I : Drs. S. HutagalungBendahara II : Ir. J.D. PakpahanSeksi Liturgi/Acara : Pdt. F. Batubara. S.PAK (Koordinator)Seksi Dekorasi/ : Ir. Rudi Lumbanraja (A. Bonita Lumbanraja) KoordinatorPeralatan/Tempat/ danHiburanSeksi Konsumsi : J. Lumbanraja (Koordinator)J. SamosirSeksi Dana : M. Lumbanraja (Koordinator)Masing-masing Ketua SektorSeksi Penerima Tamu : Ny. Dr. A. Lumbanraja, Dr. S. br. Tanggang (Koordinator)
Ny. Pdt. M. Lumbanraja. SE, S.Th br. JuntakNy. H. Lumbanraja. SS. br. GultomNy. J.M. Lumbanraja br. HalohoNy. Drs. S. Hutagalung br. LumbanrajaNy. Ir. J.D. Pakpahan br. LumbanrajaPerwakilan kaum ibu tiap Sektor masing-masing 1(satu) orangI. PENUTUPDemikian Proposal Perayaan Natal Punguan Lumbanraja Toga Sahata Dohot Boru, Bere, Ibebere se-Kota Madya Medan dan Sekitarnya ini kami perbuat, dengan harapan kiranya dapat dijadikan sebagai acuan dan kerangka dasar demi terlaksananya kegiatan yang dimaksud dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan bagi Bapak/Ibu/Saudara-i untuk berpartisipasi dalam kegiataan Perayaan Natal ini .Atas perhatian dan bantuannya, terlebih dahulu kami hanturkan banyak terimakasih.Medan, 15 Oktober 2015PANITIA PERAYAAN NATAL TAHUN 2015PUNGUAN LUMBANRAJA TOGA SAHATA DOHOT BORU, BERE, IBEBERESE-KOTA MADYA MEDAN DAN SEKITARNYAPdt. M. Lumbanraja. SE, S.Th Drs. S. Hutagalung J.M. LumbanrajaKetua Umum Bendahara SekretarisMengetahui,PUNGUAN LUMBANRAJA TOGA SAHATA
DOHOT BORU, BERE, IBEBERE
KOTA MADYA MEDAN DAN SEKITARNYA
Ketua Sekretaris
Langganan:
Postingan (Atom)